Skip to document

02 SNI-19-19011-2005 - ISO

ISO
Course

Audit

82 Documents
Students shared 82 documents in this course
Academic year: 2019/2020
Uploaded by:
0followers
2Uploads
1upvotes

Comments

Please sign in or register to post comments.

Preview text

Standar Nasional Indonesia

Panduan audit sistem manajemen mutu

dan/atau lingkungan

ICS 13.

Badan Standardisasi Nasional

Prakata

Standar ini disusun oleh Panitia Teknis 207S, Manajemen Lingkungan bekerjasama dengan Panitia Teknis 176S, Sistem Manajemen Mutu dengan menerjemahkan seluruh isi standar ISO 19011: 2002, Guidelines for quality and/or environmental management systems auditing, edisi pertama. Dengan demikian standar ini mengadopsi secara keseluruhan dari standar internasional tersebut (tingkat keselarasan ini adalah adopsi identik). Penerjemahan diupayakan mempertahankan substansi panduan sebagaimana aslinya dalam Bahasa Inggris. Apabila timbul keraguan dalam penggunaan standar ini, pengguna standar direkomendasikan untuk melihat standar asalnya.

Standar ini membatalkan dan menggantikan SNI 19-10011-1995, SNI 19-10011-1995, SNI 19-10011-1995, SNI 19-14010-1997, SNI 19-14011-1997, dan SNI 19-14012-1997.

Latar belakang standar ini diadop dari standar internasional adalah untuk memenuhi keinginan masyarakat standardisasi di Indonesia dalam menyediakan dokumen SNI selalu selaras dengan standar internasional yang berkaitan.

Standar ini telah disepakati dalam rapat konsensus pada tanggal 4 Oktober 2004 di Jakarta, yang dihadiri oleh wakil dari instansi pemerintah, swasta, konsumen, perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan lain-lain yang berkaitan dengan substansi standar ini.

ii

Pendahuluan

Standar SNI seri 19-9000 dan SNI seri 19-14000 menekankan pentingnya audit sebagai perangkat manajemen untuk memantau dan melakukan verifikasi efektivitas penerapan kebijakan organisasi terhadap mutu dan/atau lingkungan. Audit juga merupakan bagian penting dari kegiatan penilaian kesesuaian seperti sertifikasi/registrasi eksternal dan evaluasi rantai pasokan (‘supply chain’) serta pengawasan.

Standar ini memberikan panduan untuk pengelolaan program audit, pelaksanaan audit internal atau eksternal terhadap sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan, serta kompetensi dan evaluasi auditor. Panduan ini dimaksudkan dapat berlaku untuk calon pengguna yang beragam, termasuk auditor, organisasi yang menerapkan sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan, organisasi yang perlu melaksanakan audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan karena persyaratan kontrak, dan organisasi yang bergerak dalam bidang sertifikasi atau pelatihan auditor, dalam sertifikasi/registrasi sistem manajemen, dalam akreditasi atau dalam standardisasi di bidang penilaian kesesuaian.

Panduan dalam standar ini dimaksudkan bersifat luwes. Sebagaimana ditunjukkan pada beberapa pasal dalam standar ini, penggunaan panduan ini dapat berbeda tergantung pada ukuran, sifat dan kompleksitas organisasi yang diaudit, serta tujuan dan ruang lingkup audit yang akan dilaksanakan. Dalam keseluruhan standar ini, panduan tambahan atau contoh pada topik tertentu diberikan tersendiri dalam kotak narasi “Petunjuk praktis”. Pada beberapa bagian, panduan tambahan dimaksudkan untuk membantu penerapan standar ini pada organisasi skala kecil.

Pasal 4 menjelaskan prinsip-prinsip audit. Prinsip-prinsip ini membantu pengguna untuk memahami sifat mendasar audit, dan prinsip tersebut penting disampaikan sebelum pasal 5, 6 dan 7.

Pasal 5 memberikan panduan tentang pengelolaan program audit dan mencakup isu seperti pemberian tanggung jawab untuk mengelola program audit, menetapkan tujuan program audit, mengkoordinasikan kegiatan audit dan menyediakan sumber daya tim audit yang memadai.

Pasal 6 memberikan panduan tentang pelaksanaan audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan, termasuk pemilihan tim audit.

Pasal 7 memberikan panduan tentang kompetensi yang diperlukan oleh auditor dan menjelaskan proses untuk mengevaluasi auditor.

Bila sistem manajemen mutu dan lingkungan diterapkan bersama, pengguna standar ini dapat memilih untuk melaksanakan audit sistem manajemen mutu dan lingkungan secara terpisah atau bersamaan.

Walaupun standar ini berlaku untuk audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan, pengguna dapat mempertimbangkan untuk mengacu atau menyesuaikan panduan dalam standar ini untuk audit jenis lainnya, termasuk audit sistem manajemen lainnya.

Standar ini hanya memberikan panduan; pengguna dapat memakainya untuk mengembangkan persyaratan mereka sendiri dalam hal-hal yang terkait dengan audit.

iii

Panduan audit sistem manajemen mutu

dan/atau lingkungan

1 Ruang lingkup

Standar ini memberikan panduan tentang prinsip audit, pengelolaan program audit, pelaksanaan audit sistem manajemen mutu dan/atau audit sistem manajemen lingkungan, serta panduan tentang kompetensi auditor sistem manajemen mutu dan/atau sistem manajemen lingkungan.

Standar ini dapat diterapkan oleh semua organisasi yang memerlukan pelaksanaan audit internal atau eksternal terhadap sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan, atau mengelola program audit.

Penerapan standar ini pada prinsipnya dapat digunakan untuk jenis audit lainnya namun pertimbangan khusus perlu diberikan untuk mengidentifikasi kompetensi yang dibutuhkan oleh anggota tim audit.

2 Acuan normatif

Dokumen normatif berikut memuat ketentuan-ketentuan yang sebagaimana dirujuk dalam standar ini, juga berlaku bersama dengan ketentuan dari standar ini. Untuk acuan yang tertanggal, publikasi tersebut tidak berlaku lagi apabila ada perubahan atau revisi. Namun demikian, pihak terkait yang menggunakan standar ini dianjurkan untuk mengkaji kemungkinan penerapan edisi terbaru dari dokumen normatif di bawah ini. Untuk acuan yang tak tertanggal, berlaku dokumen normatif edisi terbaru.

SNI 19-9000-2001 Sistem manajemen mutu – Dasar-dasar dan kosa kata.

ISO 14050:2002, Environmental management -- Vocabulary.

3 Istilah dan definisi

Untuk standar ini, berlaku istilah dan definisi yang ada di dalam acuan normatif, kecuali digantikan oleh istilah dan definisi di bawah ini.

Istilah di dalam definisi atau catatan yang disebutkan di tempat lain dalam pasal ini, ditunjukkan dengan huruf tebal dan diikuti dengan nomor dalam tanda kurung. Istilah dengan huruf tebal tersebut dapat digantikan dengan definisi lengkapnya.

  1. audit proses yang sistematik, independen dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit (3) dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sampai sejauh mana kriteria audit (3) dipenuhi

CATATAN 1 Audit internal yang terkadang disebut audit pihak pertama, dilaksanakan oleh, atau atas nama organisasi itu sendiri untuk kaji ulang manajemen dan tujuan internal lainnya, dan dapat menjadi dasar untuk “Pernyataan Diri Kesesuaian Organisasi”. Dalam beberapa hal, khususnya untuk organisasi skala kecil, independensi dapat diperagakan melalui kebebasan tanggung jawab auditor dari kegiatan yang diaudit.

CATATAN 2 Audit eksternal mencakup audit yang biasanya disebut dengan audit pihak kedua dan pihak ketiga. Audit pihak kedua dilaksanakan oleh pihak yang memiliki kepentingan terhadap organisasi, seperti pelanggan, atau personel lain atas nama pelanggan. Audit pihak ketiga dilaksanakan oleh organisasi eksternal yang melakukan audit secara independen, seperti organisasi yang memberikan registrasi atau sertifikasi kesesuaian terhadap persyaratan SNI 19-9001-2001 atau SNI 19-14001-1997.

CATATAN 3 Bila sistem manajemen mutu dan sistem manajemen lingkungan diaudit secara bersamaan, audit ini disebut audit kombinasi.

CATATAN 4 Bila dua atau lebih organisasi audit bekerjasama dalam mengaudit satu auditi (3), audit ini disebut audit gabungan.

  1. kriteria audit seperangkat kebijakan, prosedur atau persyaratan

CATATAN Kriteria audit digunakan sebagai acuan pembanding terhadap bukti audit (3).

  1. bukti audit rekaman, pernyataan mengenai fakta atau informasi lain yang terkait dengan kriteria audit (3) dan dapat diverifikasi

CATATAN Bukti audit mungkin bersifat kualitatif atau kuantitatif.

  1. temuan audit hasil evaluasi dari bukti audit (3) yang dikumpulkan terhadap kriteria audit (3)

CATATAN Temuan audit dapat mengindikasikan baik kesesuaian ataupun ketidaksesuaian dengan kriteria audit atau peluang perbaikan.

  1. kesimpulan audit hasil dari suatu audit (3) yang disampaikan oleh tim audit (3) setelah mempertimbangkan tujuan audit dan seluruh temuan audit (3)

  2. klien audit organisasi atau orang yang meminta pelaksanaan audit (3)

CATATAN Klien audit mungkin auditi (3) atau organisasi lain yang mempunyai hak regulasi atau kontrak untuk mensyaratkan audit.

  1. auditi organisasi yang diaudit

  2. auditor orang yang memiliki kompetensi (3) untuk melaksanakan audit (3)

  3. tim audit satu auditor (3) atau lebih yang melaksanakan audit (3) yang bila dibutuhkan dapat didukung oleh tenaga ahli (3)

audit dan perbedaan pendapat yang tidak terselesaikan antara tim audit dan auditi dilaporkan.

c) Profesional : kesungguhan dan ketepatan penilaian dalam audit Auditor senantiasa memelihara profesionalisme sesuai dengan pentingnya tugas yang dilaksanakan dan kepercayaan yang diberikan oleh klien audit dan pihak berkepentingan lainnya. Memiliki kompetensi yang diperlukan merupakan suatu faktor penting.

Prinsip lain yang terkait dengan audit yang menurut definisinya bersifat independen dan sistematik, meliputi:

d) Independen : dasar untuk ketidakberpihakan audit dan objektivitas kesimpulan audit Auditor tidak terkait dengan kegiatan yang sedang diaudit dan bebas dari keberpihakan dan konflik kepentingan. Selama proses audit, auditor menjaga pemikiran yang obyektif untuk menjamin bahwa temuan dan kesimpulan audit hanya didasarkan pada bukti audit

e) Pendekatan berdasarkan bukti: metode yang rasional untuk mencapai kesimpulan audit yang dapat dipercaya dan terjaga konsistensinya (reproducible) melalui proses audit yang sistematis.

Bukti audit dapat diverifikasi. Hal ini didasarkan pada sampel informasi yang tersedia, mengingat audit dilaksanakan dalam periode waktu dan sumber daya yang terbatas. Pengambilan sampel yang sesuai sangat terkait dengan kepercayaan terhadap kesimpulan audit.

Panduan yang diberikan dalam pasal-pasal berikut dari standar ini didasarkan pada prinsip- prinsip yang disebut di atas.

5 Pengelolaan program audit

5 Umum

Program audit dapat mencakup satu audit atau lebih, tergantung pada ukuran, sifat dan kompleksitas organisasi yang diaudit. Audit tersebut dapat memiliki beberapa tujuan dan dapat juga mencakup audit gabungan atau audit kombinasi (lihat catatan 3 dan 4 yang ada didefinisi audit pada 3).

Program audit juga mencakup seluruh kegiatan yang diperlukan untuk perencanaan dan pengorganisasian tipe dan jumlah audit, dan menyediakan sumber daya untuk melaksanakan audit secara efektif dan efisien dalam jangka waktu yang ditetapkan.

Suatu organisasi dapat menetapkan lebih dari satu program audit.

Manajemen puncak organisasi sebaiknya memberikan kewenangan untuk mengelola program audit.

Personel yang diberi tanggung jawab untuk mengelola program audit sebaiknya:

a) menetapkan, menerapkan, memantau, meninjau dan meningkatkan program audit, dan

b) mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan dan menjamin ketersediaannya.

Gambar 1 menunjukkan aliran proses untuk pengelolaan suatu program audit.

Kewenangan untuk Program Audit (5)

Penetapan Program Audit (5, 5) - tujuan dan cakupan - tanggung jawab - sumber daya - prosedur

Penerapan Program Audit (5, 5) - penjadualan audit - evaluasi auditor - pemilihan tim audit - pengarahan kegiatan audit - pemeliharaan rekaman

Pemantauan dan tinjauan program audit (5)

  • pemantauan dan tinjauan
  • identifikasi kebutuhan untuk tindakan korektif dan pencegahan
  • identifikasi kesempatan untuk peningkatan

Kompetensi dan evaluasi auditor (pasal 7)

Kegiatan audit (pasal 6)

Lakukan (Do)

Periksa (Check)

Rencanakan (Plan)

Tindaki (Act)

Peningkatan program Audit (5)

Gambar 1 Aliran proses untuk pengelolaan suatu program audit

CATATAN 1 Gambar 1 juga menunjukkan penerapan proses Rencanakan-Lakukan- Periksa-Tindaki (Plan-Do-Check-Act) dalam standar ini.

CATATAN 2 Nomor dalam gambar ini dan dalam seluruh gambar selanjutnya mengacu kepada pasal yang sesuai dalam standar ini.

Bila organisasi yang diaudit menerapkan sistem manajemen mutu dan sistem manajeman lingkungan, audit kombinasi dapat dicakup dalam program audit. Untuk audit kombinasi, kompetensi tim audit sebaiknya diperhatikan.

Dua organisasi atau lebih yang melakukan audit dapat bekerja sama untuk melaksanakan audit gabungan, sebagai bagian dari program auditnya. Untuk audit gabungan, perhatian khusus sebaiknya diberikan pada pembagian tanggung jawab, penyediaan sumber daya

d) standar, peraturan perundang-undangan dan persyaratan kontrak serta kriteria audit lainnya;

e) kebutuhan untuk akreditasi atau sertifikasi/registrasi; f) kesimpulan dari audit sebelumnya atau hasil dari tinjauan program audit sebelumnya;

g) isu bahasa, budaya dan sosial;

h) perhatian pihak yang berkepentingan; i) perubahan yang signifikan pada suatu organisasi atau operasinya.

5 Tanggung jawab, sumber daya dan prosedur program audit

5.3 Tanggung jawab program audit

Tanggung jawab untuk mengelola program audit sebaiknya diberikan kepada satu orang atau lebih yang mengetahui secara umum mengenai prinsip audit, kompetensi auditor dan penerapan teknik audit. Mereka sebaiknya memiliki keterampilan manajemen serta memahami aspek teknis dan bisnis yang sesuai dengan kegiatan yang diaudit.

Personel yang diberi tanggung jawab untuk mengelola program audit sebaiknya:

a) menetapkan tujuan dan cakupan program audit,

b) menetapkan tanggung jawab dan prosedur, dan menjamin tersedianya sumber daya, c) menjamin penerapan program audit,

d) menjamin rekaman program audit dipelihara, dan

e) memantau, meninjau dan meningkatkan program audit.

5.3 Sumber daya program audit

Pada saat mengidentifikasi sumber daya untuk program audit, pertimbangan sebaiknya diberikan pada:

a) sumber daya keuangan yang diperlukan untuk mengembangkan, menerapkan, mengelola dan meningkatkan kegiatan audit,

b) teknik audit, c) proses untuk mencapai dan memelihara kompetensi auditor, dan untuk meningkatkan kinerja auditor,

d) ketersediaan auditor dan tenaga ahli yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan tujuan program audit tertentu,

e) cakupan program audit, dan

f) waktu perjalanan, akomodasi dan kebutuhan audit lainnya.

5.3 Prosedur program audit

Prosedur program audit sebaiknya memuat hal berikut:

a) perencanaan dan penjadualan audit;

b) pemastian kompetensi auditor dan ketua tim audit; c) pemilihan tim audit yang sesuai dan penetapan tugas dan tanggung jawabnya;

d) pelaksanaan audit; e) pelaksanaan tindak lanjut audit, bila diperlukan;

f) pemeliharaan rekaman program audit;

g) pemantauan kinerja dan keefektifan program audit; h) pelaporan kepada manajemen puncak tentang keseluruhan pencapaian program audit.

Untuk organisasi skala kecil, kegiatan di atas dapat dinyatakan dalam prosedur tunggal.

5 Penerapan program audit

Penerapan program audit sebaiknya mencakup hal berikut:

a) komunikasi program audit kepada pihak yang sesuai;

b) koordinasi dan penjadualan audit dan kegiatan lain yang sesuai dengan program audit;

c) penetapan dan pemeliharaan proses untuk evaluasi auditor dan kesinambungan pengembangan profesionalnya, sesuai dengan 7 dan 7;

d) pemastian pemilihan tim audit;

e) penyediaan sumber daya yang diperlukan untuk tim audit;

f) pemastian pelaksanaan audit sesuai dengan program audit;

g) pemastian pengendalian rekaman kegiatan audit;

h) pemastian peninjauan dan pengesahan laporan audit, dan penyampaian kepada klien dan pihak lain yang ditetapkan;

i) pemastian tindak lanjut audit, bila diperlukan.

5 Rekaman program audit

Rekaman sebaiknya dipelihara untuk memperagakan penerapan program audit dan sebaiknya mencakup hal berikut:

a) rekaman yang terkait dengan setiap kegiatan audit, seperti:

− rencana audit, − laporan audit, − laporan ketidaksesuaian, − laporan tindakan korektif dan pencegahan, dan − laporan tindak lanjut audit, bila sesuai.

b) hasil tinjauan program audit;

c) rekaman yang terkait dengan personel audit yang mencakup hal-hal seperti:

− kompetensi auditor dan evaluasi kinerja, − pemilihan tim audit, dan − pemeliharaan dan peningkatan kompetensi.

Rekaman sebaiknya disimpan dan dijaga dengan cara yang memadai.

5 Pemantauan dan peninjauan program audit

Penerapan program audit sebaiknya dipantau dan, pada interval yang sesuai, dikaji apakah tujuan telah dipenuhi dan untuk mengidentifikasi peluang untuk peningkatan. Hasil tersebut sebaiknya dilaporkan kepada manajemen puncak.

Indikator kinerja sebaiknya digunakan untuk memantau karakteristik seperti:

− kemampuan tim audit untuk menerapkan rencana audit,

− kesesuaian dengan program dan jadwal audit, dan

− umpan balik dari klien audit, auditi dan auditor.

Tinjauan terhadap program audit sebaiknya mempertimbangkan beberapa faktor misalnya:

a) hasil dan kecenderungannya yang diperoleh dari pemantauan,

Permulaan audit (6)

  • penunjukan ketua tim audit
  • penetapan tujuan, ruang lingkup dan kriteria audit
  • penentuan kelayakan audit
  • pemilihan tim audit
  • pelaksanaan kontak awal dengan auditi

Pelaksanaan tinjauan dokumen (6)

  • peninjauan dokumen sistem manajemen yang sesuai, termasuk rekaman,dan penentuan kecukupannya terhadap kriteria audit

Persiapan untuk kegiatan audit lapangan (6)

  • penyiapan rencana audit
  • penugasan tim audit
  • penyiapan dokumen kerja

Pelaksanaan kegiatan audit lapangan (6)

  • pelaksanaan rapat pembukaan
  • komunikasi selama audit
  • tugas dan tanggung jawab pemandu dan pengamat
  • pengumpulan dan verifikasi informasi
  • perumusan temuan audit
  • penyiapan kesimpulan audit
  • pelaksanaan rapat penutupan

Penyiapan, pengesahan dan penyampaian laporan audit (6)

  • penyiapan laporan audit
  • pengesahan dan penyampaian laporan audit Penyelesaian audit (6)

Pelaksanaan tindak lanjut audit (6)

CATATAN Garis putus-putus menunjukkan bahwa setiap kegiatan tindak lanjut audit biasanya tidak dianggap sebagai bagian audit.

Gambar 2 Gambaran umum tentang kegiatan audit

Tujuan audit sebaiknya ditetapkan oleh klien audit. Ruang lingkup dan kriteria audit sebaiknya ditetapkan bersama oleh klien audit dan ketua tim audit sesuai dengan prosedur program audit. Setiap perubahan terhadap tujuan, ruang lingkup atau kriteria audit sebaiknya disepakati oleh pihak yang sama.

Bila audit kombinasi dilaksanakan, hal penting yang diperlukan adalah ketua tim audit menjamin bahwa tujuan, ruang lingkup, dan kriteria audit sesuai dengan sifat audit kombinasi.

6.2 Penentuan kelayakan audit

Kelayakan audit sebaiknya ditentukan dengan mempertimbangkan ketersediaan faktor-faktor seperti berikut:

− informasi yang cukup dan sesuai untuk perencanaan audit,

− kerjasama yang cukup dari auditi, dan

− waktu dan sumberdaya yang mencukupi.

Bila audit dinilai tidak layak, pilihan lain sebaiknya diusulkan kepada klien audit, sambil berkonsultasi dengan auditi.

6.2 Pemilihan tim audit

Bila audit telah dinyatakan layak, tim audit sebaiknya dipilih dengan mempertimbangkan kompetensi yang diperlukan untuk mencapai tujuan audit. Bila hanya ada satu auditor, auditor seharusnya melaksanakan seluruh tugas yang berlaku untuk seorang ketua tim audit. Pasal 7 berisi panduan untuk menetapkan kompetensi yang diperlukan dan menguraikan proses untuk evaluasi auditor.

Dalam menetapkan ukuran dan komposisi tim audit, hal-hal berikut sebaiknya dipertimbangkan :

a) tujuan, ruang lingkup, kriteria dan perkiraan waktu audit;

b) apakah audit tersebut merupakan audit kombinasi atau audit gabungan;

c) kompetensi tim audit secara keseluruhan yang diperlukan untuk mencapai tujuan audit;

d) peraturan perundang-undangan, persyaratan kontrak dan persyaratan akreditasi/ sertifikasi, yang berlaku;

e) kebutuhan untuk menjamin keindependenan tim audit dari kegiatan yang diaudit dan untuk menghindarkan konflik kepentingan;

f) kemampuan anggota tim audit untuk berinteraksi secara efektif dengan auditi dan untuk bekerja bersama dalam tim;

g) bahasa yang digunakan dalam audit, dan pemahaman terhadap karakteristik sosial dan budaya tertentu dari auditi; hal ini dapat ditunjukkan baik melalui keterampilan yang dimiliki oleh auditor atau melalui dukungan dari tenaga ahli.

Proses untuk menjamin keseluruhan kompetensi tim audit sebaiknya mencakup langkah- langkah berikut:

− identifikasi pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai tujuan audit;

− pemilihan anggota tim audit sedemikian sehingga seluruh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan ada pada tim audit.

Bila tidak dicakup secara penuh oleh auditor dalam tim audit, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan tersebut dapat dipenuhi dengan menyertakan tenaga ahli. Tenaga ahli sebaiknya bekerja sesuai dengan arahan auditor.

Auditor yang sedang magang dapat disertakan dalam tim audit, namun sebaiknya tidak mengaudit tanpa arahan atau panduan.

Rencana audit sebaiknya mencakup hal berikut:

a) tujuan audit;

b) kriteria audit dan dokumen-dokumen acuan;

c) ruang lingkup audit, termasuk identifikasi unit-unit organisasi dan fungsional serta proses yang diaudit;

d) tanggal dan lokasi kegiatan audit lapangan;

e) waktu yang diharapkan dan lamanya kegiatan audit lapangan, termasuk rapat dengan manajemen auditi serta rapat tim audit;

f) peran dan tanggung jawab anggota tim audit dan orang-orang yang mendampingi;

g) alokasi sumber daya yang sesuai untuk bidang audit yang kritis;

Rencana audit sebaiknya juga mencakup hal berikut, bila sesuai:

h) identifikasi perwakilan auditi untuk audit;

i) bahasa yang digunakan dalam pekerjaan dan bahasa pelaporan audit, bila hal ini berbeda dengan bahasa auditor dan/atau auditi;

j) topik laporan audit;

k) pengaturan logistik (perjalanan, fasilitas di lapangan, dan lain-lain);

l) hal-hal yang terkait dengan kerahasiaan;

m) kegiatan tindak lanjut audit.

Rencana sebaiknya ditinjau dan diterima oleh klien audit, dan dipresentasikan kepada auditi sebelum kegiatan audit lapangan dimulai.

Setiap keberatan dari auditi sebaiknya diselesaikan antara ketua tim audit, auditi dan klien audit. Setiap rencana audit yang direvisi sebaiknya disetujui di antara pihak-pihak yang terkait sebelum melanjutkan audit.

6.4 Penugasan tim audit

Ketua tim audit, melalui konsultasi dengan tim audit, sebaiknya menetapkan tanggung jawab setiap anggota tim untuk mengaudit proses, fungsi, lokasi, area atau kegiatan tertentu. Penugasan tersebut sebaiknya mempertimbangkan kebutuhan terhadap keindependenan dan kompetensi auditor, penggunaan sumber daya secara efektif serta perbedaan peran dan tanggung jawab auditor, auditor yang magang dan tenaga ahli. Perubahan terhadap penugasan dapat dilakukan sejalan dengan perkembangan audit untuk menjamin pencapaian tujuan audit.

6.4 Penyiapan dokumen kerja

Anggota tim audit sebaiknya meninjau informasi yang sesuai dengan penugasan auditnya dan menyiapkan dokumen kerja yang diperlukan untuk rujukan dan untuk merekam pelaksanaan audit. Dokumen kerja tersebut dapat mencakup:

− daftar periksa dan rencana sampling audit, dan

− formulir-formulir untuk merekam informasi, seperti bukti pendukung, temuan audit dan rekaman rapat.

Penggunaan daftar periksa dan formulir sebaiknya tidak membatasi cakupan kegiatan audit, yang dapat berubah sebagai hasil dari informasi yang dikumpulkan selama audit. Dokumen kerja, termasuk rekaman yang dihasilkan dari penggunaannya, sebaiknya disimpan sekurang-kurangnya hingga audit diselesaikan. Penyimpanan dokumen setelah

audit diselesaikan, diuraikan dalam pasal 6. Dokumen yang mencakup kerahasiaan atau informasi kepemilikan, sebaiknya senantiasa dijaga oleh anggota tim audit, dengan cara yang sesuai.

6 Pelaksanaan kegiatan audit lapangan

6.5 Pelaksanaan rapat pembukaan

Rapat pembukaan sebaiknya diselenggarakan dengan manajemen auditi atau bila memungkinkan, dengan personel yang bertanggung jawab untuk fungsi atau proses yang diaudit. Maksud rapat pembukaan ini adalah untuk:

a) mengkonfirmasikan rencana audit,

b) memberikan ringkasan tentang bagaimana kegiatan audit akan dilaksanakan,

c) mengkonfirmasikan saluran komunikasi, dan

d) memberikan kesempatan kepada auditi untuk mengajukan pertanyaan.

Petunjuk praktis – Rapat Pembukaan

Untuk beberapa contoh, misalnya audit internal untuk organisasi skala kecil, rapat pembukaan dapat berlangsung secara sederhana, terdiri dari penjelasan tentang pelaksanaan audit dan penjelasan mengenai maksud dan sifat audit.

Untuk situasi audit lainnya, rapat sebaiknya formal dan rekaman kehadiran sebaiknya disimpan. Rapat sebaiknya dipimpin oleh ketua tim audit, dan hal-hal berikut sebaiknya dipertimbangkan: a) perkenalan peserta, termasuk ringkasan tugasnya/peranannya; b) konfirmasi tujuan, ruang lingkup dan kriteria audit; c) konfirmasi jadwal audit dan pengaturan lain dengan auditi, seperti tanggal dan waktu untuk rapat penutupan, rapat interim antara tim audit dan manajemen auditi, serta perubahan yang menyusul; d) metode dan prosedur yang digunakan untuk melaksanakan audit, termasuk menjelaskan kepada auditi bahwa bukti audit hanya akan didasarkan pada sampel informasi yang tersedia dan oleh karena itu terdapat unsur ketidakpastian dalam audit; e) konfirmasi saluran komunikasi formal antara tim audit dan auditi; f) konfirmasi bahasa yang digunakan selama audit; g) konfirmasi bahwa selama audit, auditi akan selalu diberi informasi perkembangan audit; h) konfirmasi bahwa sumberdaya dan fasilitas yang diperlukan oleh tim audit tersedia; i) konfirmasi hal-hal yang terkait dengan kerahasiaan; j) konfirmasi prosedur keselamatan kerja, tindakan darurat, dan keamanan yang sesuai untuk tim audit; k) konfirmasi ketersediaan, peran dan identitas setiap pemandu; l) metode pelaporan, termasuk pengkategorian ketidaksesuaian; m) informasi tentang kondisi yang dapat menyebabkan audit diakhiri; n) informasi tentang sistem banding terhadap pelaksanaan dan kesimpulan audit.

Was this document helpful?

02 SNI-19-19011-2005 - ISO

Course: Audit

82 Documents
Students shared 82 documents in this course
Was this document helpful?
Standar Nasional Indonesia
SNI 19-19011-2005
Panduan audit sistem manajemen mutu
dan/atau lingkungan
ICS 13.020
Badan Standardisasi Nasional