Skip to document

Prosedur Penentuan Sumber Data - Metode Penelitian Kualitatif

Rangkuman materi tentang prosedur penentuan untuk sumber data metode p...
Course

Psychology (Gana,2020)

141 Documents
Students shared 141 documents in this course
Academic year: 2022/2023
Uploaded by:
Anonymous Student
This document has been uploaded by a student, just like you, who decided to remain anonymous.
Universitas Islam Indonesia

Comments

Please sign in or register to post comments.

Preview text

PROSEDUR PENENTUAN SUMBER DATA

Patton mengatakan bahwa perbedaan penelitian kuantitatif dan kualitatif sangat jelas terlihat pada cara pengambilan sampelnya. Suatu penelitian kualitatif dapat saja meneliti secara mendalam kasus tunggal (n = 1) yang dipilih secara purposif, bila memang kasus tunggal tersebut memenuhi kriteria yang ditetapkan. Sementara itu, penelitian kualitatif menggantungkan diri pada jumlah sampel yang lebih banyak, dengan teknik pengambilan sampel yang juga berbeda. Secara mendetail, Patton (Poerwandari, 2013) menguraikan pedoman pengambilan sampel pada penelitian kualitatif yang harus disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian. Berikut beberapa prosedur penentuan sumber data, seperti diusulkan Patton, yang dalam hemat saya kadang tak dapat dibedakan secara sangat tes satu dari yang lain:

  1. Pengambilan sampel esktrim atau menyimpang Pendekatan ini berfokus pada kasus-kasus yang kaya dengan informasi, justru karena mereka berbeda atau menampilkan karakteristik khusus dalam aspek-aspek tertentu. Kasus yang ‘tidak biasa’ atau khusus dianggap menampilkan ciri-ciri ekstrim, misalnya sangat berhasil dalam kegiatan yang ditekuni, atau justru selalu gagal. Penelitian yang diarahkan pada moral kerja institusi dapat secara khusus membandingkan dua institusi yang menampilkan motivasi kerja tinggi (ekstrim tinggi), dan institusi lain yang menampilkan motivasi kerja rendah (ekstrim rendah). Logika yang dipakai adalah: pelajaran dapat dipetik justru dengan meneliti kondisi- kondisi khusus dan tidak biasa, baik untuk memahami fenomena tertentu maupun untuk meningkatkan unjuk prestasi program tertentu. Patton mencontohkan suatu studi yang dilakukan oleh Angela Browne tahun 1987 yang meneliti tentang perempuan-perempuan korban kekerasan yang kemudian melakukan pembunuhan (dianggap sebagai kelompok ekstrim atau menyimpang). Studi yang dilakukannya berhasil menampilkan data yang sangat kuat mengenai fenomena kekerasan, suatu contoh dari geenralisasi eksemplar yang dapat dihasilkan oleh penelitian kualitatif.

  2. Pengambilan sampel berfokus pada intensitas Logika yang dipakai di sini sama dengan pengambilan kasus ekstrim, yakni untuk memperoleh data yang kaya mengenai suatu fenomena tertentu. Yang berbeda adalah sampel bukanlah kasus-kasus ekstrim, melainkan kasus-kasus yang diperkirakan

mewakili (penghayatan terhadap) fenomena secara intens. Penelitian heuristik seringkali menggunakan pendekatan ini.

  1. Pengambilan sampel dengan variasi maksimum Pengambilan sampel ini dilakukan bila subjek atau target penelitian menampilkan banyak variasi, dan penelitian bertujuan menangkap dan menjelaskan tema-tema sentral yang tertampilkan sebagai akibat keluasan cakupan (variasi) partisipan penelitian. Keterwakilan semua variasi penting, dan pendekatan maximum variation sampling justru mencoba memanfaatkan adanya perbedaan-perbedaan yang ada untuk menampilkan kekayaan data. Patton mengingatkan bahwa penelitian dengan sampel yang menampilkan variasi maksimum tidak dapat dilakukan dengan jumlah sampel yang terlalu kecil, mengingat jumlah sampel terlalu kecil akan menyulitkan diperolehnya keterwakilan semua variasi. Walau demikian, karena penelitian kualitatif juga sulit dilaksanakan dengan jumlah sampel terlalu besar, variasi harus dapat dimaksimalkan dalam jumlah sampel yang relatif tetap terbatas. Konstruksi dimulai dengan mengidentifikasi karakteristik atau kriteria yang berbeda dari individu-individu yang terlibat dalam fenomena. Bila penentuan sampel dilakukan dengan baik, temuan diharapkan dapat menampilkan: (1) deskripsi yang berkualitas dan mendetail dari tiap kasus, dengan mendokumentasikan keunikan masing-masing kasus, (2) pola-pola yang tampil dari kasus yang berbeda-beda sebagai konsekuensi dari heterogenitas sampel (Patton, 1990; Poerwandari, 2013).

  2. Pengambilan sampel homogen Berbeda dengan pendekatan memaksimumkan variasi, dalam pendekatan ini yang diambil adalah sejumlah kecil kasus homogen. Pendekatan dilakukan agar peneliti dapat mendeskripsikan subkelompok tertentu secara mendalam. Dapat dicontohkan, penelitian pada masyarakat keturunan Tionghoa yang tinggal di Pecinan yang menunjukkan homogenitas, misalnya masih menggunakan bahasa mandarin, masih mempertahankan budaya yang diturunkan dari generasi sebelumnya.

  3. Pengambilan sampel kasus tipikal Kasus yang diambil adalah kasus yang dianggap mewakili kelompok ‘normal’ dari fenomena yang diteliti. Patton mengingatkan bahwa data yang dihasilkan tetap tidak dimaksudkan untuk digeneralisasi (dalam pengertian statistis), mengingat sampel tidak

tersebut juga dapat berjalan pada kelompok berpendidikan lebih baik atau dapat pula dipilih kelompok berpendidikan tinggi sebagai kelompok kritikal. 8. Pengambilan sampel bola salju/berantai (snowball/chain sampling) Pengambilan sampel dilakukan secara berantai dengan meminta informasi pada orang yang telah diwawancarai atau dihubungi sebelumnya, demikian seharusnya. Peneliti bertanya pada subjek penelitiannya tentang (calon) subjek penelitian atau narasumber lain yang penting atau harus dihubungi: “Apakah Anda mengetahui siapa yang dapat kami hubungi untuk memperoleh informasi tentang...?” Dengan bertanya pada orang yang telah diwawancarai mengenai siapa lagi yang dapat memberikan informasi, rantai semakin lama semakin panjang, dan bola salju semakin lama semakin besar.

  1. Pengambilan sampel dengan kriteria tertentu Pendekatan ini adalah penelitian dengan metode me-review dan mempelajari semua kasus yang memenuhi kriteria penting tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu contohnya adalah pendekatan ini umum dilakukan dalam penelitian tentang jaminan kualitas. Contoh lainnya adalah dalam penelitian tentang efektivitas penanganan kesehatan mental, maka akan meneliti tentang pasien rawat jalan. Program untuk pasien rawat jalan, misalnya, umumnya diikuti selama 4 hingga 26 minggu. Kasus-kasus yang belum dapat menyelesaikan program melebihi 26 minggu diteliti untuk diketahui apakah mereka memiliki masalah khusus dan atau telah ditangani secara tepat.

  2. Pengambilan sampel berdasarkan teori atau berdasarkan konstruk operasional (theory- based/operational construct sampling) Penelitian mendasar sering menggunakan pendekatan ini. Sampel dipilih dengan kriteria tertentu, berdasarkan teori atau konstruk operasional sesuai studi-studi sebelumnya, atau sesuai tujuan penelitian. Hal ini dilakukan agar sampel sungguh- sungguh mewakili (bersifat representatif terhadap) fenomena yang dipelajari.

Referensi: Poerwandari, E. K. (2013). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Depok: Lembaga Pembangunan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3).

Was this document helpful?

Prosedur Penentuan Sumber Data - Metode Penelitian Kualitatif

Course: Psychology (Gana,2020)

141 Documents
Students shared 141 documents in this course
Was this document helpful?
PROSEDUR PENENTUAN SUMBER DATA
Patton mengatakan bahwa perbedaan penelitian kuantitatif dan kualitatif sangat jelas
terlihat pada cara pengambilan sampelnya. Suatu penelitian kualitatif dapat saja meneliti
secara mendalam kasus tunggal (n = 1) yang dipilih secara purposif, bila memang kasus
tunggal tersebut memenuhi kriteria yang ditetapkan. Sementara itu, penelitian kualitatif
menggantungkan diri pada jumlah sampel yang lebih banyak, dengan teknik pengambilan
sampel yang juga berbeda. Secara mendetail, Patton (Poerwandari, 2013) menguraikan
pedoman pengambilan sampel pada penelitian kualitatif yang harus disesuaikan dengan
masalah dan tujuan penelitian. Berikut beberapa prosedur penentuan sumber data, seperti
diusulkan Patton, yang dalam hemat saya kadang tak dapat dibedakan secara sangat tes satu
dari yang lain:
1. Pengambilan sampel esktrim atau menyimpang
Pendekatan ini berfokus pada kasus-kasus yang kaya dengan informasi, justru karena
mereka berbeda atau menampilkan karakteristik khusus dalam aspek-aspek tertentu.
Kasus yang ‘tidak biasa’ atau khusus dianggap menampilkan ciri-ciri ekstrim, misalnya
sangat berhasil dalam kegiatan yang ditekuni, atau justru selalu gagal. Penelitian yang
diarahkan pada moral kerja institusi dapat secara khusus membandingkan dua institusi
yang menampilkan motivasi kerja tinggi (ekstrim tinggi), dan institusi lain yang
menampilkan motivasi kerja rendah (ekstrim rendah).
Logika yang dipakai adalah: pelajaran dapat dipetik justru dengan meneliti kondisi-
kondisi khusus dan tidak biasa, baik untuk memahami fenomena tertentu maupun untuk
meningkatkan unjuk prestasi program tertentu. Patton mencontohkan suatu studi yang
dilakukan oleh Angela Browne tahun 1987 yang meneliti tentang perempuan-perempuan
korban kekerasan yang kemudian melakukan pembunuhan (dianggap sebagai kelompok
ekstrim atau menyimpang). Studi yang dilakukannya berhasil menampilkan data yang
sangat kuat mengenai fenomena kekerasan, suatu contoh dari geenralisasi eksemplar yang
dapat dihasilkan oleh penelitian kualitatif.
2. Pengambilan sampel berfokus pada intensitas
Logika yang dipakai di sini sama dengan pengambilan kasus ekstrim, yakni untuk
memperoleh data yang kaya mengenai suatu fenomena tertentu. Yang berbeda adalah
sampel bukanlah kasus-kasus ekstrim, melainkan kasus-kasus yang diperkirakan