Skip to document

Resiliensi Akademik

Rangkuman materi tentang resiliensi akademik yang merupakan salah satu...
Course

Psychology (Gana,2020)

141 Documents
Students shared 141 documents in this course
Academic year: 2021/2022
Uploaded by:
Anonymous Student
This document has been uploaded by a student, just like you, who decided to remain anonymous.
Universitas Islam Indonesia

Comments

Please sign in or register to post comments.

Preview text

RESILIENSI AKADEMIK

A. Definisi Resiliensi adalah kapasitas yang dimiliki oleh individu dalam mempertahankan kemampuan serta berfungsi secara kompeten dalam menghadapi berbagai permasalahan atau stresor kehidupan. Sejalan dengan pengertian tersebut, resiliensi akademik dapat diartikan sebagai resiliensi dalam proses belajar dimana sebuah proses dinamis yang mencerminkan kekuatan dan ketangguhan seseorang untuk bangkit dari pengalaman emosional negatif dan pada saat menghadapi situasi sulit yang menekan dalam aktivitas belajar yang sedang dilakukan. Kajian mengenai resiliensi akademik saat ini berkembang seiring dengan adanya kesadaran bahwa berbagai tantangan dan kesulitan yang mendatangkan tekanan psikologis juga dapat ditemui individu di tengah beragamnya aktivitas di lingkungan pendidikan. Rirkin dan Hoopman (Henderson & Milstein, 2003; Hendriani, 2019) menjelaskan bahwa resiliensi akademik merupakan kapasitas seseorang untuk dapat bangkit, pulih, dan beradaptasi dalam kesulitan, dan mengembangkan kompetensi sosial, akademik, dan keterampilan untuk terlepas dari stres yang sedang dihadapi. Resiliensi akademik juga didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghadapi setback (kejatuhan), stres, atau tekanan secara efektif pada kondisi akademik. Resiliensi akademik menggambarkan bagaimana siswa atau mahasiswa mengatasi berbagai pengalaman negatif atau tantangan yang sedemikian besar, menekan, dan menghambat selama proses belajar sehingga mereka mampu beradaptasi dan melaksanakan setiap tuntutan akademik dengan baik. Definisi lain disampaikan oleh Corsini (Hendriani, 2019) bahwa resiliensi akademik merupakan istilah yang menggambarkan ketangguhan individu dalam menghadapi berbagai tugas akademik dalam lingkungan sekolah atau pendidikan. Apabila seorang siswa yang resilien secara akademik, maka siswa tersebut tidak akan mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan akademik. Siswa akan merasa optimis dan mampu berpikir positif, meskipun sedang berada dalam situasi yang sulit. Siswa yang resilien memiliki kepercayaan yang baik bahwa ada solusi atas kesulitan yang dihadapi. Siswa juga akan merasa tertantang untuk memecahkan berbagai kesulitan akademik yang dimaksud. Kesulitan-kesulitan tersebut mendorong individu resilien untuk mengerakkan segenap potensi yang dimiliki agar kompetensinya semakin berkembang ke arah yang lebih baik.

Menurut Bernard (Hendriani, 2019), karakter individu yang resilien secara akademik adalah memiliki kompetensi sosial, memiliki life skills, seperti mampu berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengambil inisiatif selama proses belajar. Selain itu, individu yang resilien memiliki sense of purpose dan dapat melihat masa depan cerah pada dirinya. Inidvidu yang resilien juga memiliki ketertarikan khusus pada suatu hal, memiliki tujuan hidup, dan motivasi untuk meraih yang terbaik dalam menempuh pendidikan. Wilks (Hendriani, 2019) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa siswa yang resilien akan memiliki performa akademik yang baik. Kapasitas untuk menjadi resilien secara akademik dapat berlainan pada masing-masing individu dan dapat semakin meningkat ataupun menurun seiring berjalannya waktu. Resiliensi akademik terjadi ketika siswa menggunakan kekuatan internal maupun eksternal untuk mengatasi berbagai pengalaman negatif, menekan, dan menghambat selama proses belajar sehingga mereka mampu beradaptasi dan melaksanakan setiap tuntutan akademik dengan baik. Siswa yang resilien adalah siswa yang berhasil mengatasi berbagai macam risiko dalam studi dengan cara-cara yang adaptif, dan juga mampu menyeimbangkan antara pemenuhan tuntutan akademik dengan tuntutan sosial yang lain. Siswa yang resilien akan menunjukkan pengelolaan positif terhadap berbagai kondisi yang mendatangkan tekanan yang kemudian mampu menyelesaikan studi dengan hasil yang baik. Resiliensi akademik dapat dimiliki oleh siswa dalam berbagai jenjang pendidikan. Beragam riset dilakukan untuk menyediakan penjelasannya. Sejumlah hasil penelitian memberikan catatan bahwa resiliensi akademik memiliki keterkaitan dengan besarrnya tantangan pada setiap jenjang studi. Salah satunya adalah pada jenjang studi doktoral. Hal ini dikarenakan studi doktoral merupakan jenjang pendidikan tertinggi, maka individu akan menghadapi tahapan ujian tersulit dalam rangkaian kehidupan akademiknya. Percy (Hendriani, 2019) menjelaksan bahwa tidak seluruh mahasiswa yang menempuh studi doktoral dapat menyelesaikan jenjang pendidikan ini dengan baik. Ada banyak yang pada akhirnya menghabiskan banyak energi, waktu yang lama, dan materi yang juga terkuras banyak sehingga tidak sedikit dari mereka yang menempuh studi doktoral kemudian mengalami tekanan psikologis, bahkan tidak mampu menyelesaikan studi. Stresor yang dimaksud, seperti keharusan menulis laporan penelitian dan artikel ilmiah yang dipublikasikan dalam media yang kredibel, masalah sumber daya dan hambatan dalam proses pembimbingan, tuntutan kualitas penelitian, dan berbagai stresor yang terkait kondisi psikososial.

tinggal di lingkungan pondok pesantren. Ketiganya mendukung hasil-hasil riset terdahulu yang menyatakan bahwa konsep resiliensi dapat dikaji dalam konteks akademik. Begitu juga dengan riset-riset lain yang mengkaji tentang resiliensi akademik pada siswa berkebutuhan khusus, pada siswa yang mengalami perundungan (bullying), dan sebagainya.

B. Dimensi Berikut beberapa dimensi resiliensi akademik, antara lain:

  1. Confidence (self-belief) Merupakan keyakinan dan kepercayaan individu pada kemampuan mereka untuk memahami atau untuk melakukan pekerjaan sekolah dengan baik, menemui tantangan yang harus mereka hadapi, dan melakukan yang terbaik dnegan kemampuan mereka.
  2. Control (a sense of control) Merupakan kemampuan individu saat mereka yakin mengenai cara melakukan pekerjaan dengan baik. Dimensi ini tampak dari seberapa jauh kemampuan inividu untuk mengelola dan mengendalikan berbagai tuntutan atau tantangan yang datang dalam aktivitas belajarnya.
  3. Composure (anxiety) Merupakan perasaan cemas dan khawatir. Merasa cemas adalah perasaan tidak mudah yang dialami individu ketika mereka memikirkan tugas sekolah, pekerjaan rumah, atau ujian sekolah. Khawatir merupakan rasa takut individu saat mereka tidak melakukan tugas sekolah, pekerjaan rumah atau ujian sekolah dengan baik.
  4. Commitment (persistence) Merupakan kemampuan individu untuk terus berusaha menyelesaikan jawaban untuk memahami sebuah masalah meskipun masalah tersebut snagat sulit dan penuh tantangan.

C. Faktor yang Memengaruhi Resiliensi Akademik Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Karimi Abedi, dan Farahbakhsh (2014), diketahui bahwa strategi self-regulated learning mempunyai pengaruh pada kognitif dan motivasi individu sehingga perilaku yang muncul mampu memberikan efek terhadap keterampilan belajar di kelas dan juga mampu meningkatkan resiliensi akademik siswa. Selain itu, Rojas (2015) juga melakukan penelitian yang serupa dan didapatkan hasil bahwa dukungan sosial, seperti bimbingan dan dukungan dari keluarga memiliki

peran yang besar untu memperkuat resiliensi akademik siswa-siswa yang beresiko. Kemudian, faktor personal juga membeti kontribusi yang lain bagi pencapaian resiliensi, seperti karakteristik individu yang mencakup motivasi, optimisme, dan ketekunan.

Referensi: Amalia, R. (2017). “Pengaruh Resiliensi Akademik dan Motivasi Belajar terhadap Student Engagement Santri Mukim”. Tesis. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Amelasasih, P (2017). “Resiliensi Akademik Mahasiswa Program Master Non-linier yang Menempuh Studi Lanjut sambil Kerja”. Tesis. Surabay: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Hendriani, W. (2016). Resiliensi Akademik Mahasiswa Doktoral. Laporan Penelitian. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Hendriani, W. (2019). Resiliensi Psikologis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Prenadamedia Group. Karimi, M., Abedi, A., & Farahbakhsh, K. (2014). The effect of self regulatory learning strategies for the academic resiliency of female high school shahed students in the city of Esfahan (2013-2014). International Journal of Basic Science & Applied Research, 3 (SP), 83-89. Masrifah. (2017). “Pengaruh Dukungan Sosial dan Self Regulated Learning terhadap Resiliensi Akademik Mahasiswa Pascasarjana Multidisiplin”. Tesis. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Rojas, F. L. F. (2015). Factors affecting academic resilience in middle school students: A case study (factores que afectan la resiliencia academica en estudiantes de bachillerato). GIST Education and Learning Research Journal, (11), 63-78.

Was this document helpful?

Resiliensi Akademik

Course: Psychology (Gana,2020)

141 Documents
Students shared 141 documents in this course
Was this document helpful?
RESILIENSI AKADEMIK
A. Definisi
Resiliensi adalah kapasitas yang dimiliki oleh individu dalam mempertahankan
kemampuan serta berfungsi secara kompeten dalam menghadapi berbagai permasalahan
atau stresor kehidupan. Sejalan dengan pengertian tersebut, resiliensi akademik dapat
diartikan sebagai resiliensi dalam proses belajar dimana sebuah proses dinamis yang
mencerminkan kekuatan dan ketangguhan seseorang untuk bangkit dari pengalaman
emosional negatif dan pada saat menghadapi situasi sulit yang menekan dalam aktivitas
belajar yang sedang dilakukan. Kajian mengenai resiliensi akademik saat ini berkembang
seiring dengan adanya kesadaran bahwa berbagai tantangan dan kesulitan yang
mendatangkan tekanan psikologis juga dapat ditemui individu di tengah beragamnya
aktivitas di lingkungan pendidikan.
Rirkin dan Hoopman (Henderson & Milstein, 2003; Hendriani, 2019) menjelaskan
bahwa resiliensi akademik merupakan kapasitas seseorang untuk dapat bangkit, pulih, dan
beradaptasi dalam kesulitan, dan mengembangkan kompetensi sosial, akademik, dan
keterampilan untuk terlepas dari stres yang sedang dihadapi. Resiliensi akademik juga
didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghadapi setback (kejatuhan), stres, atau
tekanan secara efektif pada kondisi akademik. Resiliensi akademik menggambarkan
bagaimana siswa atau mahasiswa mengatasi berbagai pengalaman negatif atau tantangan
yang sedemikian besar, menekan, dan menghambat selama proses belajar sehingga
mereka mampu beradaptasi dan melaksanakan setiap tuntutan akademik dengan baik.
Definisi lain disampaikan oleh Corsini (Hendriani, 2019) bahwa resiliensi akademik
merupakan istilah yang menggambarkan ketangguhan individu dalam menghadapi
berbagai tugas akademik dalam lingkungan sekolah atau pendidikan. Apabila seorang
siswa yang resilien secara akademik, maka siswa tersebut tidak akan mudah putus asa
dalam menghadapi kesulitan akademik. Siswa akan merasa optimis dan mampu berpikir
positif, meskipun sedang berada dalam situasi yang sulit. Siswa yang resilien memiliki
kepercayaan yang baik bahwa ada solusi atas kesulitan yang dihadapi. Siswa juga akan
merasa tertantang untuk memecahkan berbagai kesulitan akademik yang dimaksud.
Kesulitan-kesulitan tersebut mendorong individu resilien untuk mengerakkan segenap
potensi yang dimiliki agar kompetensinya semakin berkembang ke arah yang lebih baik.