Skip to document

Hubungan Agama dan Sains Teknologi

Hubungan Agama dan Sains Teknologi
Course

Hukum

300 Documents
Students shared 300 documents in this course
Academic year: 2022/2023
Uploaded by:
Anonymous Student
This document has been uploaded by a student, just like you, who decided to remain anonymous.
Universitas Muria Kudus

Comments

Please sign in or register to post comments.

Preview text

A. PENGERTIAN SAINS DAN TEKNOLOGI

Sains merupakan ilmu yang mempelajari alam semesta beserta seluruh isinya. Seseorang yang ahli di bidang sains dikenal dengan sebutan saintis.

Teknologi adalah suatu sarana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Teknologi merupakan penerapan sains yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari – hari. Sebagai contoh, pada abad-abad sebelum ada alat bedah canggih, seorang pasien yang memerlukan operasi pembedahan harus menghadapi alat-alat operasi yang mengerikan. Hal itu membuat nyalinya ciut dan dapat mengakibatkan sakitnya makin parah. Dengan adanya perkembangan sains dan teknologi, alat bedahpun makin “ramah”. Pasien tidak takut lagi menghadapi operasi pembedahan. Selain itu, keberhasilan operasi pembedahan pun semakin meningkat.

B. PERAN ISLAM SEBAGAI PELETAK DASAR KEMAJUAN SAINS

DAN TEKNOLOGI

Ehsan Masood dalam bukunya Science and Islam mengatakan bahwa dalam pendidikan sains di Inggris – sampai baru-baru ini- sejarah kemunculan sains cenderung meloncat dari zaman klasik Euklides, Aristoteles, dan Arkhimedes langsung ke kelahiran Zaman Sain abad ke-16 dan 17 di Eropa beserta pengakuan kecil, kalaupun ada, terhadap sains Islam yang hebat di antara kedua zaman itu. Padahal dalam perjalanan sejarahnya, peradaban Barat pernah mengalami masa-masa pahit yang mereka sebut dengan zaman kegelapan atau disebut juga zaman pertengahan (the Medieval Ages).

Menurut catatan sejarah, zaman kegelapan itu dimulai dari runtuhnya imperium Romawi Barat. Pada tahun 410 M, Alaric, raja Jerman dari suku Visigoth, menyerbu Roma dan menghancurkannya dalam amukan yang hanya berlangsung tiga hari saja. Lalu 66 tahun kemudian, kaisar Romawi Barat terakhir, Romulus Augustus, berhasil digulingkan, dan pusat kekaisaran secara sepihak dipindahkan ke Konstatinopel. Bersama dengan itu cahaya kehidupan menghilang. Eropa memasuki zaman kegelapan. Zaman tanpa ilmu, tanpa sastra, bahkan tanpa peradaban itu berlangsung ratusan tahun. Baru 1 tahun kemudian “matahari” kembali menyinari dataran Eropa yang terkenal dengan masa Rainaissance.

Sementara Eropa tenggelam dalam zaman kegelapan karena dibelenggunya otak para cendekiawan oleh doktrin gereja, dibelahan lain, di dunia Timur, umat Islam sedang merajut kegemilangan demi kegemilangan dalam kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Sinar kegemilangan inilah yang dikemudian hari menciptakan “matahari” bagi lahirnya masa Rainaissance tersebut. Ironisnya, bukannya dunia Barat merasa berhutang budi,

malah mereka seperti menghapus jejak jasa para ilmuwan Islam tersebut. Tentang ini, Princes of Wales (Pangeran Charles) dalam pidatonya di Oxford University mengkritik tajam, “Bila ada banyak kesalahpahaman di dunia Barat tentang hakekat Islam, maka banyak juga ketidaktahuan tentang utang kebudayaan dan peradaban kita kepada dunia Islam. Saya rasa ini adalah kegagalan yang berakar dari ditutupinya sejrah yang kita warisi selama ini.”

Menurut Mehdi Nakosteen yang dikutip oleh M. Yusuf Abdurrahman dalam bukunyaCara Belajar Ilmuwan-Ilmuwan Muslim Pencetus Sains-Sains Canggih Modern, di antara beberapa kontribusi ilmuwan-ilmuwan muslim bagi dunia Barat, bahkan sains modern, terdapat dalam ragam bidang, antara lain bidang astronomi, matematika, fisika, kimia, ilmu hayat, kedokteran, sosiologi, filsafat, sastra, arsitektur dan seni rupa, dan musik.

Dalam bidang fisika misalnya ada nama Ibnu al-Nafis. Pada abad ke-13 fisikawan asal Kairo itu telah menemukan sirkulasi paru-paru, peredaran darah melalui paru-paru. Enam abad sebelum Leonardo mampu menciptakan dan terbang dengan ornitopternya, insinyur Andalusia Abbas bin Firnas telah menemukan teori penerbangan dan diyakini telah melakukan percobaan penerbangan yang sukses. Sedang di Irak, Jabir bin Hayyan adalah peletak dasar-dasar ilmu kimia sekitar 900 tahun sebelum Boyle.

Bahkan, tulis Ehsan Masood lagi, para peneliti sekarang menunjukkan bahwa para pelopor hebat dalam sains modern meneruskan hasil kerja para ilmuwan zaman Islam. George Saliba dari Colombia University, misalnya menunjukkan dalam bukunyaIslamic Science and the Making of the Europe an Reinaissance bagaimana ahli astronomi Polandia Nicolaus Copernicus menggunakan hasil karya ahli astronomi Islam sebagai dasar penemuan barunya pada tahun 1514 bahwa bumi mengelilingi bumi. Ahli sejarah matematika pun mengakui bahwa aljabar telah dikembangkan di Bagdad pada abad ke- oleh Musa al-Khawarizmi.

Tentu masih ada nama-nama ilmuwan besar lainnya, sebut saja Ibnu Ismail al-Jazari yang telah mampu menciptakan robot manusia (humanoid) yang bisa diprogram, jauh sebelum Leonardo da Vinci dari Italia sanggup merancang robotnya pada tahun 1478 M, yang realitanya selama ini ia diklaim sebagai perintis robot pertama. Dalam bidang filsafat ada Ibnu Rusyd (1126-1198) yang dihormati Barat dengan nama Averroes. Dalam bidang sosial, politik dan budaya ada ibnu Khaldun (lahir 27 mei 1332) dan dalam bidang navigasi ada ibnu Battutah (1304-1377) yang menjelajah dunia dari Rusia hingga Samudra Pasai, dan Ibnu Majid yang menemukan kompas modern.

C. BUKTI ISLAM SEBAGAI PLETAK DASAR KEMAJUAN SAINS

DAN TEKNOLOGI

Banyak bukti yang menunjukan kepada kita betapa islam sangat memperhatikan ilmu :

Was this document helpful?

Hubungan Agama dan Sains Teknologi

Course: Hukum

300 Documents
Students shared 300 documents in this course
Was this document helpful?
A. PENGERTIAN SAINS DAN TEKNOLOGI
Sains merupakan ilmu yang mempelajari alam semesta beserta seluruh isinya.
Seseorang yang ahli di bidang sains dikenal dengan sebutan saintis.
Teknologi adalah suatu sarana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia. Teknologi merupakan penerapan sains yang dapat digunakan dalam kehidupan
sehari hari. Sebagai contoh, pada abad-abad sebelum ada alat bedah canggih, seorang
pasien yang memerlukan operasi pembedahan harus menghadapi alat-alat operasi yang
mengerikan. Hal itu membuat nyalinya ciut dan dapat mengakibatkan sakitnya makin
parah. Dengan adanya perkembangan sains dan teknologi, alat bedahpun makin “ramah”.
Pasien tidak takut lagi menghadapi operasi pembedahan. Selain itu, keberhasilan operasi
pembedahan pun semakin meningkat.
B. PERAN ISLAM SEBAGAI PELETAK DASAR KEMAJUAN SAINS
DAN TEKNOLOGI
Ehsan Masood dalam bukunya Science and Islam mengatakan bahwa dalam
pendidikan sains di Inggris sampai baru-baru ini- sejarah kemunculan sains cenderung
meloncat dari zaman klasik Euklides, Aristoteles, dan Arkhimedes langsung ke kelahiran
Zaman Sain abad ke-16 dan 17 di Eropa beserta pengakuan kecil, kalaupun ada, terhadap
sains Islam yang hebat di antara kedua zaman itu. Padahal dalam perjalanan sejarahnya,
peradaban Barat pernah mengalami masa-masa pahit yang mereka sebut dengan zaman
kegelapan atau disebut juga zaman pertengahan (the Medieval Ages).
Menurut catatan sejarah, zaman kegelapan itu dimulai dari runtuhnya imperium
Romawi Barat. Pada tahun 410 M, Alaric, raja Jerman dari suku Visigoth, menyerbu
Roma dan menghancurkannya dalam amukan yang hanya berlangsung tiga hari saja. Lalu
66 tahun kemudian, kaisar Romawi Barat terakhir, Romulus Augustus, berhasil
digulingkan, dan pusat kekaisaran secara sepihak dipindahkan ke Konstatinopel. Bersama
dengan itu cahaya kehidupan menghilang. Eropa memasuki zaman kegelapan. Zaman
tanpa ilmu, tanpa sastra, bahkan tanpa peradaban itu berlangsung ratusan tahun. Baru
1.000 tahun kemudian “matahari” kembali menyinari dataran Eropa yang terkenal dengan
masa Rainaissance.
Sementara Eropa tenggelam dalam zaman kegelapan karena dibelenggunya otak para
cendekiawan oleh doktrin gereja, dibelahan lain, di dunia Timur, umat Islam sedang
merajut kegemilangan demi kegemilangan dalam kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Sinar kegemilangan inilah yang dikemudian hari menciptakan “matahari” bagi lahirnya
masa Rainaissance tersebut. Ironisnya, bukannya dunia Barat merasa berhutang budi,