- Information
- AI Chat
PROSPEK KOMODITI TEBU
Universitas Mataram
Preview text
MAKALAH
“KOMODITI TEBU”
Kelompok V. B
- Gina Sorayya (C1G019097)
- Irma Andriyani (C1G019125)
- Irma Arrifa Fatma (C1G019126)
- Kurratul Uyun (C1G019139)
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2022
A. Capaian Pembelajaran (Learning Outcome) Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai konsep, mulai dari urgensi sektor pertanian dalam mendukung perekonomian nasional, sejarah munculnya komoditas tebu, morfologi tebu, kegiatan agribisnis atau agroindustri tebu di indonesia, serta kegiatan ekspor dan impor gula pasir yang merupakan produk akhir dari komoditas tebu.
B. Tujuan pokok bahasan Mahasiswa mampu menjelaskan sejarah tebu, morfologi tebu, kegiatan agribisnis tebu di indonesia, serta kegiatan ekspor dan impor gula pasir.
C. Sub pokok bahasan 1. Untuk mengetahui urgensi sektor pertanian di indonesia 2. Untuk mengetahui sejarah komoditas tebu di indonesia 3. Untuk mengetahui morfologi tebu 4. Untuk mengetahui perkembangan komoditas tebu di indonesia 5. Untuk mengetahui kegiatan agribisnis komoditas tebu 6. Untuk mengetahui pasar ekspor dan impor komoditas tebu D. Sasaran pembelajaran Mahasiswa mampu menjelaskan komoditas Tebu secara detail dan kebermanfaatannya dalam menunjang perekonomian indonesia. E. Metode dan strategi pembelajaran E Metode pembelajaran Menerapkan metode SCL (Student Centered Learning) E Strategi pembelajaran Menugaskan mahasiswa dalam menyusun makalah, presentasi dan diskusi, serta memberikan kontribusi dalam peningkatan pemahaman. F. URAIAN a. Pendahuluan Indonesia merupakan negara negara agraris, dimana sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian. Sektor pertanian tidak hanya berperan penting untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat
Peningkatan konsumsi gula di Indonesia dari tahun ke tahun memberikan peluang yang luas bagi peningkatan kapasitas produksi pabrik gula. Selain itu dari jumlah produksi gula di dalam negeri saat ini dirasakan belum mampu memenuhi kebutuhan gula di Indonesia. Di masa mendatang, pemerintah berupaya agar Indonesia dapat mencapai swasembada gula sebagai salah satu langkah menuju Ketahanan Pangan Nasional.
b. Sejarah Tebu Tanaman tebu (Saccharumofficinarum L) yang tumbuh di Indonesia diduga berasal dari dari Papua New Guinea. Diperkirakan tebu kali pertama ditemukan pada 8 sebelum masehi (SM). Ekspansi tanaman ini ke arah barat Papua New Guinea berlangsung pada 6 SM. Lalu, tebu mulai menyebar ke Indonesia, Filipina, dan India. tercatat dalam buku History of Java yang ditulis Raffles. Dia menuliskan bahwa awalnya tebu tidak dikonsumsi sebagai bahan pemanis, melainkan sebagai minuman penyegar. Yakni, dengan mengunyah batang tebu untuk mendapatkan air tebu. Tanaman tebu dibudidayakan di berbagai perkebunan besar di kawasan-kawasan lain di dunia (India, Indonesia, Filipina dan kawasan Pasifik) untuk memenuhi kebutuhan pasar Eropa dan lokal. Catatan sejarah menunjukkan, VOC yang pertama kali mengekspor gula dari Batavia. Tetapi, belum ada bukti yang bisa memastikan bahwa awal pembuatan gula Kristal di Hindia Belanda berlokasi di Batavia. Justru, Banten diduga menjadi lokasi pertama pembuatan gula kristal di Indonesia. Hal ini berdasarkan adanya batu silinder di Museum Banten Lama dan lukisan peta Kota Banten tahun 1595. Baru ketika orang-orang Belanda mulai membuka koloni di Pulau Jawa, kebun-kebun tebu monokultur mulai dibuka dan terus berkembang ke arah timur. Puncak kegemilangan perkebunan tebu nasional sendiri dicapai awal 1930-an. Saat itu ada sekitar 179 pabrik pengolahan dan produksi gula dengan kapasitas produksi tiga juta ton gula per tahun. Di akhir dekade, karena ada krisis ekonomi yang berujung pada rontoknya industry gula, akhirnya hanya tersisa 35 pabrik dengan produksi 500 ribu ton gula per tahun. Industri tebu justru mulai pulih saat Perang Pasifik. Tercatat, jumlah pabrik gula saat itu mencapai 93 unit dengan kapasitas produksi mencapai 1,5 juta ton. Tetapi, di akhir perang dunia II jumlahnya kembali berkurang hingga tinggal 30 unit pabrik yang masih aktif. Melihat perjalanan industri tebu memang tidak bisa dipisahkan dengan kolonialisasi yang dilakukan Belanda. Sistem kolonial Belanda memang hanya ingin memanfaatkan sumber daya manusia dan
kekayaan alam yang murah. Apalagi, Pulau Jawa dikenal sebagai daerah yang subur untuk tebu. Tidak mengherankan, Jawa sudah menjadi sentra penghasil gula sejak kolonialisasi Belanda. Mayoritas pabrik gula yang masih bertahan sekarang pun merupakan “warisan” Belanda. Gula menjadi komoditas unggulan di Eropa, selain rempah-rempah. Karena pola yang dijalankan berbasis sistem kolonial, pengembangan perkebunan dan industri tebu saat itu tidak bisa dinikmati oleh rakyat. Setelah Indonesia merdeka dari kolonialisme, berbagai perkebunan tebu dan pabrik gula dinasionalisasi sebagai aset nasional. Hal itu terjadi di era 1950-an. Pengelolaan aset kebun dan pabrik diserahkan pemerintah Indonesia kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tidak hanya pada tebu, nasionalisasi aset perkebunan juga terjadi pada komoditas kopi, kakao, maupun kelapa sawit. Saat ini agribisnis tebu milik pemerintah hanya ada di beberapa PT Perkebunan Nusantara (PTPN) dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). PT Perkebunan Nusantara tergabung dalam holding PTPN III, yaitu PTPN VII di Lampung, PTPN IX di Jawa Tengah, PTPN X danXI di Jawa Timur, serta PTPN XIV di Sulawesi Selatan. Selain itu, ada beberapa pabrik gula swasta yang berdiri di Indonesia. Total ada sekitar 64 pabrik gula yang beroperasi di seluruh tanah air. Namun, dari sisi penyebaran secara geografis masih tidak proporsional. Sebagian besar pabrik gula ada di Jawa Timur. Jumlahnya mencapai lebih dari 30 unit pabrik. Tidak heran, penyangga terbesar industri gula nasional ada di Jawa Timur. Pemerintah sejatinya sudah mencanangkan pogram swasembada gula sejak 2002. Untuk mendukung hal itu, pemerintah juga telah membentuk Dewan Gula Indonesia setahun berikutnya. Tetapi, hingga kini swasembada gula itu belum kunjung tercapai.
c. Morfologi Tebu Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan semusim yang dipanen satu kali dalam satu kali siklus hidupnya ini ditanam besar besaran secara monokultur di Indonesia. Menurut United States Department of Agriculture (2018), klasifikasi tanaman tebu adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae – Plants Subkingdom : Tracheobionta – Vascular plants Superdivision : Spermatophyta – Seed plants Division : Magnoliophyta – Flowering plants Class : Liliopsida – Monocotyledons Subclass : Commelinidae Order :
penghasil tebu yaitu Jawa Timur, Lampung, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, dan Gorontalo. Berikut ini daerah penghasil Tebu terbesar di Indonesia.
- Jawa Timur Dari sejak zaman Belanda hingga saat ini, Jawa Timur terkenal sebagai pusat gula di Indonesia. Keberadaannya kebun tebu terdapat di setiap kabupaten atau kota. Estimasi luas lahan tebu 2022 di Jawa Timur diperkirakan 184,2 hektar. Estimasi produksi tebu di Jawa Timur pada 2022 sebesar 1,04 juta ton. Pada 2019, produksi gula terbesar berasal dari Jawa Timur, yaitu sebesar 1,05 juta ton atau 47,19 persen dari total produksi gula di Indonesia.
- Lampung Industri gula di Lampung merupakan industri gula pertama kali berdiri di Sumatera. Setelah Indonesia merdeka, industri gula semakin berkembang pesat. Estimasi luas lahan tebu di Lampung pada 2022 seluas 130,3 ribu hektar. Estimasi produksi tebu pada 2022 sebesar 801, ribu ton. Sedangkan, produksi gula pada 2019 sebesar 742,1 ribu ton.
- Jawa Tengah
Jawa tengah merupakan salah satu wilayah penghasil tebu terbesar di Indonesia. Estimasi
luas perkebunan tebu di Jawa Tengah pada 2022 seluas 35,6 hektar. Estimasi produksi tebu pada
2022 sebesar 164, 086 ribu ton. Sedangkan, produksi gula dari perkebunan tebu pada 2019
sebesar 169,8 ribu ton.
- Sumatera Selatan Sumatera Selatan merupakan salah satu wilayah yang memiliki lahan tebu terbesar di Indonesia. Estimasi luas lahan tebu pada 2022 seluas 29,4 hektar. Estimasi produksi tebu sebesar pada 2022 111,6 ribu ton Produksi gula Sumatera Selatan pada 2019 sebesar 96,763 ribu ton. Baca juga: Petrokimia Gresik dan PTPN Dorong Kesejahteraan Petani Tebu Lewat Program Makmur
- Sulawesi Selatan Estimasi lahan tebu di Sulawesi Selatan pada 2022 seluas 15,56 hektar. Estimasi produksi tebu pada 2022 sebesar 71,819 ribu ton. Sedangkan, produksi tebu pada 2019 sebanyak 46, ribu ton.
- Gorontalo Estimasi lahan tebu 2022 di Gorontalo seluas 9,2 hektar. Estimasi lahan tebu dibarengi dengan estimasi produksi tebu pada 2022 sebesar 51,97 ribu ton. Produksi gula pada 2019
sebesar 51,6 ribu ton.
e. Agribisnis Tebu Hasil dari agribisnis tebu di Indonesia sebagai berikut : Konsumsi Rumah Tangga
Ampas tebu yang dicampur dengan jerami, batubara, serta perekat dari tepung pati dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga. Bahar bakar ini disebut biobriket. Tebu dapat diolah sedemikian rupa hingga menjadi penyedap rasa tambahan pada masakan. Dibuat minuman ringan seperti jus tebu. Apalagi jika dalam cuaca panas dapat menyegarkan tubuh. Industri Bahan utama pembuatan gula. Bisa dijadikan gula batu, gula pasir, gula kristal maupun gula balok Pembuat kertas. Ampas tebu dapat diolah menjadi kertas. Sebagai pembangkit listrik. Gilingan terakhir ampas tebu mengandung unsur-unsur yang dapat digunakan menjadi pembangkit energi. Energi tersebut dapat digunakan untuk proses pembuatan gula Bahan pembuatan alkohol. Molase atau tetes tebu yang merupakan hasil samping dari produksi gula. Tetes tebu dapat dimanfaatkan karena kandungan gulanya yang cukup tinggi, yaitu sekitar 52%. Oleh karena itu dapat diolah menjadi alkohol. Peternakan dan Pertanian Pakan ternak. Bagian tebu yang tidak diolah dapat digunakan sebagai pakan ternak, khususnya ternak ruminansia. Apalagi tebu memang termasuk jenis rumput-rumputan. Pupuk kompos. Tebu merupakan bahan organik sehingga dapat digunakan sebagai bahan pembuat pupuk kompos. Menurut penelitian, pupuk kompos yang terbuat dari tebu dapat meningkatkan penyerapan nitrogen secara signifikan setelah pemakaian selama 3 bulan.
f. Pasar Ekspor dan Impor Tebu
ekspor US$ 9,66 juta, Vietnam dan Korea Selatan masing-masing volume 48,36 ribu ton (11,23 persen) dan 27,03 ribu ton (6,28 persen) dengan nilai ekspor US$ 7,31 juta dan US$ 4,34 juta.
Perkembangan volume ekspor gula dan tetes tebu Indonesia tahun 2019-2020 dapat dilihat pada Gambar C.
Gambar C. Perkembangan Volume Ekspor Gula Dan Tetes Tebu Indonesia, 2016-2020 berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2020
Perkembangan Impor Gula dan Tetes Tebu Pada tahun 2017 volume impor gula Indonesia sedikit menurun yaitu sebesar 5,77 persen dibanding tahun 2016 atau menjadi sebesar 4,47 juta ton dengan nilai impor sebesar US$ 2,07 miliar. Pada tahun 2018 volume impor gula mengalami peningkatan cukup signifikan sekitar 12,45 persen atau menjadi 5,03 juta ton dengan nilai sebesar US$ 1,80 miliar. Penurunan kembali terjadi pada tahun 2019 yaitu sekitar 18,67 persen atau menjadi 4,09 juta ton dengan nilai sebesar US$ 1,36 miliar, namun pada tahun 2020 mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sekitar 35,45 persen atau menjadi 5,54 juta ton dengan nilai sebesar US$ 1,94 miliar.
Kekurangan pasokan gula dalam negeri mengharuskan Indonesia melakukan impor gula dari berbagai negara, pada tahun 2020 tercatat sebanyak 26 negara yang menjadi pemasok gula Indonesia. Lima negara terbesar yang menjadi pemasok gula Indonesia berturut-turut Thailand dengan volume impornya mencapai 2,03 juta ton atau sebesar 36,59 persen terhadap total volume impor gula Indonesia dengan nilai sebesar US$ 709,76 juta, Brazil dengan volume impor sebesar 1,55 juta ton atau memiliki kontribusi sebesar 27,93 persen dan nilai impornya sebesar US$ 523,67 juta, Australia dengan kontribusi 21,92 persen atau volume impornya sebesar 1,21 juta ton dengan nilai impor US$ 429,17 juta, India sebesar 619,90 ribu ton atau sekitar 11,19 persen dengan dengan nilai impor sebesar US$ 229, ribu, sedangkan untuk Afrika Selatan sebesar 79,50 ribu ton atau 1,44 persen dengan nilai impor mencapai US$ 25,64 ribu. Besarnya persentase volume impor tebu Indonesia dari lima negara terbesar pengekspor tebu Indonesia tahun 2020 disajikan pada Gambar D.
Gambar D. Persentase Volume Impor Gula menurut Negara Asal berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2020
Perkembangan impor tetes tebu tahun 2016-2020 relatif berfluktuasi. Impor tetes tebu mengalami kenaikan pada tahun 2017 sebesar 7,84 persen atau menjadi 84,26 ribu ton
Gambar E. Perkembangan Volume Impor Gula dan Tetes Tebu Indonesia, 2016- 2020 berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2020.
DAFTAR PUSTAKA
Hambali, Erliza., dkk. 2007. Teknologi Bioenergi. Jakarta Selatan : PT Agromedia Pustaka amp.kompas/regional/read/2022/05/04/170309278/6-daftar-daerah-penghasil-tebu- di-indonesia-jawa-timur-penghasil-tebu news.labsatu/tanaman-tebu-menyimpan-manfaat-dari-berbagai-sisi/ Statistik, B. P. (2020). Statistik Tebu Indonesia 2020. Badan Pusat Statistik. Wahju Muljana, TEORI DAN PRAKTEK cocok tanam TEBU DENGAN SEGALA MASALAHNYA, (Semarang: CV. Aneka Ilmu, Anggoya IKAPI, 2019), hlm 9.
PROSPEK KOMODITI TEBU
Course: Ekonomi Agroindustri (PAB069117)
University: Universitas Mataram
This is a preview
Access to all documents
Get Unlimited Downloads
Improve your grades
This is a preview
Access to all documents
Get Unlimited Downloads
Improve your grades
Why is this page out of focus?
This is a preview
Access to all documents
Get Unlimited Downloads
Improve your grades
Why is this page out of focus?
This is a preview
Access to all documents
Get Unlimited Downloads
Improve your grades
Why is this page out of focus?
This is a preview
Access to all documents
Get Unlimited Downloads
Improve your grades