- Information
- AI Chat
Penjelasan Deskriptif
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (Manajemen)
Universitas Muslim Indonesia
Recommended for you
Preview text
A. Hasil Penelitian
- Karakteristik Responden Karakteristik responden berguna untuk menguraikan identitas responden menurut sampel penelitian yang ditetapkan. Salah satu tujuan dengan karakteristik responden adalah memberikan gambaran objek sampel dalam penelitian ini. Penelitian ini dilakukan di Kantor Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan data dari 56 responden pegawai Kantor Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan daftar angket (Kuisioner) telah didapatkan kondisi responden berdasarkan jenis kelamin, usia dan pendidikan terakhir serta presepsi responden terhadap pernytaan – pernyataan setiap indikator variabel penelitian. a. Karakteristik jenis kelamin Berikut ini adalah karakteristik responden menurut jenis kelamin pada kantor Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Tabel 5. Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah Presentase %
- Pria 21 38%
- Wanita 35 63% Total 56 100% Sumber: Data Primer, Diolah 2023 Dari tabel 3 di atas menunjukkan bahwa dari 56 orang responden, sebagaian besar berjenis kelamin pria yaitu sebanyak 21 orang atau 38% dan sisanya adalah responden yang berjenis kelamin wanita yaitu sebanyak 35
orang atau 63%. Responden yang berjenis kelamin Wanita lebih banyak dibandingkan responden berjenis kelamin Pria yang bekerja pada Kantor Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. b. Karakteristik responden berdasatkan usia Penyajian data responden berdasarkan Usia yang telah dikumpulkan adalah sebagai berikut: Tabel 6. Responden berdasarkan usia No Usia (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase % 1 27 – 30 21 38% 2 31 – 35 16 29% 3 36 – 40 9 16% 4 40 – 45 4 7% 5 46 – 50 5 9% 6 51 – 55 1 2% Jumlah 56 100% Sumber: Data Primer, Diolah 2023 Berdasarkan tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa responden yang berasal dari kantor Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, untuk umur responden yang terbanyak adalah usia 27-30 tahun yaitu sebanyak 21 orang atau 38%. Untuk Urutan ke dua diikuti dengan usia responden 31-35 tahun sebanyak 16 orang atau 29%. Untuk urutan ketiga adalah usia 36 - 40 tahun sebanyak 9 orang atau 16%. Untuk urutan keempat adalah usia 46 - 50 tahun sebanyak 5 orang atau 9%, untuk urutan kelima adalah usia 40-45 tahun sebanyak 4 orang atau 7% dan urutan keenam adalah usia 51 - 55 tahun sebanyak 1 orang atau 2%. Hal ini menunjukkan
a. Deskripsi Variabel Stres Kerja Variabel stres kerja dalam penelitian ini, diukur dengan 5 indikator indikator yang meliputi: Tuntutan Tugas, Tuntutan Peran, Tuntutan pribadi. Stuktur organisasi dan Kepemimpinan organisasi. Adapun persepsi responden terkait stres kerja tersebut dapat ditunjukkan pada tabel 8 berikut: Tabel 8. Frekuensi/persentase variabel Stres kerja
Indikator Jawaban responden Total
∑(f X s) N 1 2 3 4 5 Rata-rata (X1)
F 2 10 21 17 6 56 183/56 =
Skor% 3,6 2 17 20 37 63 30 68 10 30 100% 183 3. (X1)
F 5 11 24 14 2 56 165/56=
Skor% 8 5 19 22 42 72 25 56 3 10 100% 165 2. (X1)
F 7 11 13 20 5 56 173/56=
Skor% 12 7 19 22 23 39 35 80 8 25 100% 173 3. (X1)
F 5 5 23 16 7 56 183/56=
Skor% 8 5 8 10 41 69 28 64 12 35 100% 183 3. (X1)
F 4 3 21 23 5 56 190/56=
Skor% 7 4 5 6 37 63 41 92 8 25 100% 190 3. Rata-rata indikator Stres Kerja =Jumlah rata-rata / jumlah indikator 3. Sumber : Data primer setelah di olah 2023 Berdasarkan tabel 8, di atas dapat diketahui bahwa dari sebaran jawaban responden terkait indikator stres kerja, Indikator yang memiliki nilai mean tertinggi adalah indikator Kepemimpinan organisasi dengan skor 190 atau 3%, kemudian indikator kedua tertinggi adalah indikator Tuntutan tugas dan Struktur Organisasi dengan nilai skor sebesar 183 atau 3%.
Indikator ketiga tertinggi adalah indikator Tuntutan Pribadi dengan skor 173 atau 3 % dan Indikator terendah adalah indikator Tuntutan Peran dengan skor 165 atau 2%.
b. Deskripsi Variabel Prilaku Cyberloafing Variabel Perilaku Cyberloafing dalam penelitian ini, diukur dengan 7 indikator. indikator yang meliputi:. Sering menggunakan wifi kantor diluar kepentingan pekerjaan pada jam kerja, Mengakses sosial media, Mengirim dan menerima email, Mengunjungi web olahraga, Mengunjungi web berita, Berbelanja online dan Bermain game online Adapun persepsi responden terkait Perilaku Cyberloafing tersebut dapat ditunjukkan pada tabel 9 berikut: Tabel 9. Frekuensi/persentase variabel Variabel Cyberloafing
Indikator Jawaban responden Total
∑(f X s) N 1 2 3 4 5 Rata-rata (X2)
F 6 8 17 11 14 56 187/56=
Skor% 10 6 14 16 30 51 19 44 25 70 100% 187 3. (X2)
F 13 13 15 11 4 56 148/56 =
Skor% 23 13 23 26 26 45 19 44 7 20 100% 148 2. (X2)
F 6 10 21 15 4 56 169/56=
Skor% 10 6 17 20 37 63 26 60 7 20 100% 169 3. (X2)
F 8 14 20 9 5 56 157/56=
Skor% 14 8 25 28 35 60 16 36 8 25 100% 157 2. (X2)
F 21 18 10 6 1 56 116/56=
Skor% 37 21 32 36 17 30 10 24 1 5 100% 116 2. (X2)
F 17 17 13 8 1 56 127/56=
Skor% 30 17 30 34 23 39 14 32 1 5 100% 127 2,
Tabel 10. Frekuensi/persentase variabel Kinerja pegawai
Indikator Jawaban responden Total
∑(f X s) N 1 2 3 4 5 Rata-rata (Y1)
F 2 3 16 21 14 56 210/56=
Skor% 3 2 5 6 28 48 37 84 25 70 100% 210 3. (Y1)
F 2 3 22 19 10 56 210/56=
Skor% 3 2 5 6 39 66 33 76 17 50 100% 210 3. (Y1)
F 2 0 12 22 20 56 226/56=
Skor% 3 2 00 21 36 39 88 35 100 100% 226 4. (Y1)
F 1 1 13 21 20 56 226/56=
Skor% 1 1 1 2 23 39 37 84 35 100 100% 226 4. (Y1)
F 1 3 17 23 12 56 210/56=
Skor% 1 1 5 6 30 51 41 92 21 60 100% 210 3. Rata-rata indikator kompetensi = Jumlah rata-rata / jumlah indikator 3. Sumber : Data primer setelah di olah 2023 Berdasarkan tabel 10, di atas dapat diketahui bahwa dari sebaran jawaban responden terkait indikator kinerja pegawai, Indikator yang memiliki skor tertinggi adalah indikator ketetapan waktu dan efektifitas dengan skor sebesar, 266 atau 4%, kemudian indikator kedua tertinggi adalah indikator kualitas kerja dan kemandirian dengan skor sebesar 210 atau 3%. Indikator terendah adalah indikator kualitas kerja dengan skor sebesar 200 atau 3,57%.
- Hasil Uji Instrumen Penelitian a. Hasil Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidak validnya suatu kuisioner. Uji validitas dilakukan dengan menguji korelasi antar skor
item dengan skor total masing-masing variabel menggunakan pearson correlation. Butir pernyataan dikatakan valid apabila tingkat signifikannya dibawa 0,05. Tabel 11. Hasil uji validitas
Variabel Indikator CorrelationPearson tailed)Sig(2- Keterangan
Kinerja (Y)
Y1 0 0 Valid Y1 0 0 Valid Y1 0 0 Valid Y1 0 0 Valid Y1 0 0 Valid
Srtres Kerja (X1)
X1 0 0 Valid X1 0 0 Valid X1 0 0 Valid X1 0 0 Valid X1 0 0 Valid
Perilaku Cyberloafing (X2)
X2 0 0 Valid X2 0 0 Valid X2 0 0 Valid X2 0 0 Valid X2 0 0 Valid X2 0 0 Valid X2 0 0 Valid Sumber : Data Primer yang diolah, 2023 Tabel 11 menunujukkan hasil uji validitas pada masing masing variabel yang terdiri dari Kinerja Pegawai (Y) Stres kerja (X1) dan Perillaku Cyberloafing (X2) memiliki nilai yang signifikan lebih kecil dari 0,005 sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh item persyataan dalam penelitin tersebut valid.
b. Uji Reabilitas Uji reabilitas ini dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban dari responden melalui pertanyaan yang diberikan menggunakan
Gambar 1
Sumber : Data Primer yang diolah, 2023 Hasil dari uji normalitas di atas menunjukkan bahwa semua data berdistribusi secara normal, sebaran data berada disekitas garis diagonal, sehingga model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji ada atau tidaknya korelasi antar variabel independen. Uji multikolinearitas dilakukan menggunakan nilai Variance Inflation Fachtor (VIP) dan Tolerance. Jika nilai VIP < 5 atau Tolerance < 0,10 maka dinyatakan tidak terjadi multikolinieritas (Putra et al, 2017).
Tabel 13. Uji Multikolinieritas Model ToleranceCollinearity Statistics VIF 1 (Constant) X1 .821 1. X2 .821 1. Sumber : Data Primer yang diolah, 2023 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa variabel kualitas proses ditas 0,1 dan VIF dibawah 10. Hal ini berarti bahwa dalam model persamaan regresi tidak terjadi multikonearitas sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini. B. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians pada residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatterplot di mana penyebaran titik-titik yang ditimbulkan terbentuk secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu serta arah penyebarannya berada di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Sumber : Data Primer yang diolah, 2023 Berdasarkan tabel diatas, maka persamaan regresi yang terbentuk pada uji regresi ini adalah: Y = 11 + 0,414 + 0. Model tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
- Nilai Constant 11, menunjukkan bahwa apabila nilai stress kerja (X1) dan Cyberloafing (X2) konstan atau tetap, maka kinerja pegawai sebesar 11.
- Nilai koefisien 0,414, menunjukkan stress kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Artinya apabila stress kerja meningkat sebesar satu tingkat, maka diharapkan kinerja pegawai juga diperkirakan naik sebesar 0, dengan kata lain bahwa stres kerja dianggap sebagai suatu tantangan sehingga pegawai lebih maksimal bekerja. Dengan nilai probability 0 < 0,05, menunjukkan bahwa stres kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai, dengan demikian hipotesis satu diterima.
- Nilai koefisien 0,037, menunjukkan perilaku Cyberloafing berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Artinya apabila Cyberloafing meningkat sebesar satu tingkat maka diharapkan kinerja pegawai juga diperkiraka naik sebesar 0, dengan kata lain bahwa perilaku Cyberloafing dianggap sebagai suatu hiburan sehingga pegawai lebih tenang bekerja. Dengan nilai probability 0 > 0,05, menunjukkan bahwa perilaku Cyberloafing tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai, dengan demikian hipotesis dua ditolak. b. Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independent. Tabel 16. Uji koefisien deteminasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted RSquare Std. Error ofthe Estimate 1 .461a .213 .183 3. a. Predictors: (Constant), X. X b. Dependent Variable: Y Sumber: Data primer yang diolah, 2023 Dari tabel di atas terdapat nilai R square sebesar 0,213 atau 21% ini menunjukkan bahwa variabel kinerja pegawai dapat dijelaskan oleh variabel Stress kerja dan Cyberloafing sebesar 21% sedangkan sisanya 78% dapat dijelaskan dengan variabel lain yang tidak terdapat pada penelitian ini. c. Uji F Uji F digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas secara menyeluruh terhadap variabel terikat dilakukan dengan menggunakan uji F. Uji ini menggunakan α 5%. Dengan ketentuan, jika signifikansi dari F hitung < dari 0,05 maka hipotesis yang diajukan dapat diterima. Hasil pengujiannya sebagai berikut:
Tabel 17. Uju F ANOVAa Model SquaresSum of df SquareMean F Sig. 1 Regressi on 155 2 77 7 .002b Residual 577 53 10. Total 732 55 a. Dependent Variable: Y
a. Dependent Variable: Y Sumber : data yang diolah, 2023 Tabel 18 menunjukkan bahwa stres kerja memiliki tingkat signifikan sebesar 0,02 yaitu lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti hipotesis diterima sehingga dapat dikatakan bahwa stres kerja berpengaruh signifikan terhadapKinerja Pegawai. Nilai t yang bernilai 3,247 menunjukkan pengaruh yang diberikan bersifat positif terhadap variabel kinerja pegwai.
C. Pembahasan 1. Pengaruh stress kerja terhadap Kinerja pegawai Kantor Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa stres kerja secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Pegawai, Artinya, variabel stres kerja di ukur melalui indikator Tuntutan Tugas, Tuntutan Peran, Tuntutan pribadi. Stuktur organisasi dan Kepemimpinan organisasi berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai Kantor Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan maka H1 diterima. Setiap karyawan yang ada di Kantor Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan pasti diperhadapkan dengan tekanan kerja yang mungkin dapat menyebabkan stres kerja pada Pegawai, tapi hal tersebut merupakan suatu hal yang baik karena dengan adanya tekanan atau stres ringan itu dapat membuat mereka lebih giat lagi dalam
pekerjaannya dan dapat meningkatkan kinerja mereka dalam bekerja. Hal tersebut didukung dengan teori dari Suprihanto dkk (2003) yang mengatakan bahwa dari sudut pandang organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika karyawannya mengalami stres yang ringan. Alasannya karena pada tingkat stres tertentu akan memberikan akibat positif, karena hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih baik. Dari analisis hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa variabel stres kerja berpengaruh terhadap variabel kinerja pegawai. Hal ini dibuktikan dengan uji t yang menunjukkan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,02. Penelitian ini berarti mendukung hipotesis yang diajukan bahwa stres kerja berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.
Hasil dari analisis tersebut juga mendukung penelitian dari Rachel Nataly Massie, William. A dan Wehelmina Rumawas (2018), dalam hasil penelitiannya menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara stres kerja terhadap kinerja Pegawai. Akan tetapi dalam penelitian mereka pengaruh stres kerja mendapat hasil yang kecil atau dengan arah pengaruh negatif sedangkan peneliti mendapat hasil pengaruh stres kerja yang besar atau dengan arah pengaruh positif. Oleh karena itu, hasil dari penelitian yang dilakukan dengan uji t dan juga sesuai dengan jawaban dari responden pada Kantor Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa adanya pengaruh antara stres kerja terhadap
Temuan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Quoquab Dkk (2015) yang menyatakan bahwa menggunakan beberapa waktu di internet saat jam kerja atau perilaku cyberloafing berkontribusi untuk meningkatkan kinerja karyawan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa jika perilaku cyberloafing memiliki hubngan possitif terhadap kinerja karyawan.
Penjelasan Deskriptif
Course: Fakultas Ekonomi dan Bisnis (Manajemen)
University: Universitas Muslim Indonesia
- Discover more from: