Skip to document

Rangkuman Pengantar Pendidikan

Pengertian aksiologi, Hubungan antara aksiologi dengan pendidikan, Nil...
Course

Bahasa Indonesia (BINDO 001)

325 Documents
Students shared 325 documents in this course
Academic year: 2021/2022
Uploaded by:
458Uploads
246upvotes

Comments

Please sign in or register to post comments.

Preview text

A. Pengertian Aksiologi Aksiologi merupakan bagian ketiga dari kajian filsafat setelah ontologi dan epistomologi. Jika dalam kajian entologi mempertanyakan tentang objek apa yang akan ditelaah dan pada kajian epistomologi berkaitan dengan bagaimana asal, sifat dan jenis pengetahuan, sedangkan aksiologi merupakan cabang filsafat yang memepertanyakan bagaimana manusia menggunakan dan memanfaatkan ilmunya.

B. Hubungan antara aksiologi dengan pendidikan Aksiologi mempelajari mengenai manfaat apa yang diperoleh dari ilmu pengetahuan,menyelidiki hakikat nilai,serta berisi mengenai etika dan estetika aksiologi dalam pendidikan misalnya saja adalah dengan adanya mata pelajaran ilmu sosial dan kewarganegaraan yang mengajarkan bagaimanakah etika atau sikap yang baik itu,selain itu adalah mata pelajaran kesenian yang mengajarkan mengenai estetika atau keindahan dari sebuah karya manusia. Dasar Aksiologis Pendidikan adalah Kemanfaatan teori pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik- baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab. Dalam ruang aksiologi, filsafat pendidikan akan mengulas makna keberadaan pendidikan dalam ruang kehidupan. Filsafat pendidikan akan mempersoalkan faliditasi urganisasi umum yang menyatakan bahwa pendidikan adalah sesuatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Nilai dan implikasi aksiologi di dalam pendidikan ialah pendidikan menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut didalam kehidupan manusia dan membinanya didalam kepribadian anak. Karena untuk mengatakan sesuatu bernilai baik itu bukanlah hal yang mudah apalagi menilai secara mendalam dalam arti untuk membina kepribadian ideal.

C. Nilai kegunaan teoritis aksiologi ilmu pendidikan · Kegunaan bagi ilmu dan teknologi Hasil ilmu pendidikan adalah konsep-konsep ilmiah tentang aspek dan dimensi pendidikan sebagai salah satu gejala kehidupan manusia. Pemahaman tersebut secara potensial dapat dipergunakan untuk lebih mengembangkan konsep-konsep ilmiah pendidikan, baik dalam arti meningkatkan mutu (validitas dan signifikan) konsep-konsep ilmiah pendidikan yang telah ada, maupun melahirkan atau menciptakan konsep-konseo baru, yang secara langsung dan tidak langsung bersumber pada konsep-konsep ilmiah pendidikan yang telah ada. Rowntree dalam Educational technology in curriculum development, antara lain menyatakan bahwa oleh karena teknologi pendidikan adalah seluas pendidikan itu sendiri, maka teknologi pendidikan berkenaan dengan desain dan evaluasi kurikulum dan pengalaman-pengalaman belajar, serta masalah-masalah pelaksanaan dan perbaikannya. Pada dasarnya teknologi pendidikan adalah suatu pendekatan pemecahan masalah pendidikan secara rasional, suatu cara berpikir skeptis dan sistematis tentang belajar dan mengajar. Teknologi pendidikan yang dikembangkan oleh kalangan pendidikan bukan teknologi pendidikan dalam arti piranti keras, tetapi piranti lunak, yang berhubungan dengan perekayasaan program-program pendidikan atau program-program belajar mengajar yang dibutuhkan oleh guru dan murid. Sedangkan piranti kerasnya (misalnya, proyektor film, alat perekaman suara, komputer mikro, dan sebagainya).dikembangkan di luar pendidikan. Teknologi pendidikan sebagai program-program pendidikan berisi teknik-teknik kerja yang sistematis untuk mengelola sekolah dan kelas. Sehubungan dengan hal ini, David Pratt dalam curriculum design and development, antara lain menyatakan bahwa teknologi pendidikan

dapat dipahami dalam arti pengembangan seperangkat-teknik yang sistematik, dan yang menyertai pengetahuan praktis untuk merancang, menguji coba, dan mengoperasikan sekolah sebagai sistem pendidikan. Teknologi pendidikan berkenaan dengan keseluruhan proses pendidikann paada dasarnya terdiri atas tiga tahap yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) penilaian. Oleh karena itu secara konseptual teknologi pendidikan mencakup:( 1) teknologi perancangan pendidikan (2) teknologi belajar mengajar,(3) teknologi evaluasi pendidikan. Teknologi perancanagan pendidikan terutama berkenaan dengan prosedur-prosedur penyusunan dan pengembangan kurikulum. Teknologi belajar berkenaan dengan pengembangan yang berfungsi (1) melibatkan motivasi siswa( 2) meningkatkan kembali hasil belajar yang sama (3) memberikan rangsangan yang baru dalambelajar(4) menggiatkan tanggapan siswa (5) memberikan balikan secara cepat (6) mendorong timbulnya aktivitas yang tepat pada siswa (Rowntree:168). Teknologi mengajar, seperti dikemukakan oleh S. S. Chauhan dalam innovation in teaching learning process, mencakup:( (1) proses mengajar-belajar (2) model-model mengajar (3) rancangan-rancangan pengajaran (4) pengajaran mandiri (5) pengajaran terprogram dan mesin mengajar( 6) sistem pengajaran yang berorientasi pada diri pribadi (psi atau personalized system of instruction) ( 7) pengajaran dengan bantuan komputer (CAI tau computer assisted of instruction)( 8) pengajaran yang irama belajarnya diatur sendiri oleh pelajar (LCI atau learned controlled instruction).Sedangkan teknologi evaluasi penddikan berkenaan dengan model-model evaluasi pendidikan. Diseminasi atau penyebaran penggunaan telknologi pendidikan dalam masyarakat pendidikan paada dasarnya merupakan suatu adopsi terhadap pembaruan-pembaruan pendidikan atau teknik-teknik pendidikan baru. Pembaruan akan gagal apabila teknik-teknik pendidikan baru yang diadopsi tidak melembaga dalam praktek pendidikan. Menurut Kuret Lewin, ada tiga tahap dalam mengimplementasikan suatu pembaruan, yaitu (1) unfreezing atau pengikisan (2) changing atau perubahan (3) refreezing atau pemantapan (Rowntree:236). · Kegunaan bagi filsafat Konsep-konsep ilmiah yang dihasilkan oleh ilmu pendidikan, secara potensial dapat mengundang berkembangnya kritik pendidikan, baik yang datang dari kalangan para profesional pendidikan, yang termasuk didalamnya para ilmuwan pendidikan, para filosof pendidikan serta para pengelola dan pengembang pendidikan. Maraknya kritik pendidikan memberikan kondisi yang menunjang pada berkembangnya filsafat ilmu pendidikan. Konsep-konsep ilmiah yang dihasilkannya, secara potensial merupakan objek material dari Filsafat ilmu pendidikan. Selanjutnya apabila filsafat ilmu pendidikan dapat berkembang dengan subur dan sehat maka akan mendorong berkembangnya kajian-kajian yang intensif dan ekstensif terhadap komsep- konsep ilmiah pendidikan, yang secara potensial mendorong berkembangnya riset-riset ilmiah yang tertuju pada pengujian-pengujian kebenaran dan kepalsuan konsep-konsep ilmiah pendidikan. Kegiatan ini akan menghasilkan perbaikan-perbaikan validitas dan signifikansi konsep-konsep ilmiah pendidikan. Proses ini pada akhirnya akan menghasilkan konsep konsep ilmiah pendidikan yang telah teruji, sehingga mempunyai nilai prediktif yang tinggi dan status nomik yang meluas. Konsep-konsep ilmiah pendidikan sangat berkaitan erat atau bahkan dapat dikatakan terpusat pada konsep tentang manusia. Oleh karena itu konsep-konsep ilmiah pendidikan secara potensial terus mendorong berkembangnya pemikiran tentang hakikat manusia. Hal ini mengandnubg arti turut mendorong berkembangnya filsafat tentanag manusia atau antropologi filsafat, yang membahas tentang hakikat manusia atau antropologi filsafat idaman atau manusia

makin berkembangnya “pengenalan diri” seorang tenaga kependidikan profesional. Baik pengenalan diri, maupun kepercayaan diri mempunyai kaitan yang erat dengan kecerdasan emosional (emotional intelligent), yang mempunyai lima mantra kemampuan, yang terdiri atas : (1) Mengetahui emosi-emosi dirinya sendiri (knowing one’s emotions) (2) Mengatur emosi-emosi yang bergejolak (managing emotions) (3) Memotivasi dirinya (motivating oneself) (4) Turut merasakan emosi-emosi orang lain atau empati (recognizing emotions in others), dan (5) Menangani hubungan-hubungan dengan orang lain (handling relationships). Berdasarkan upaya-upaya penerapan konsep-konsep ilmiah pendidikan yang dilakukan seorang tenaga kependidikan, secara “trial and error” terciptalah prosedur-prosedur dan teknik- teknik kerja profesional kependidikan. Tingkat kemampuan mengembangkan penerapan konsep- konsep ilmiah pendidikan dalam menjalankan tugas profesional dipengaruhi tingkat profesionalitas tenaga kependidikan sendiri.

· Kegunaan bagi seni pendidikan Sebuah kegiatan pendidikan dikatakan sebuah seni pendidikan, apabila kegiatan tersebut tidak saja mencapai hasil yang diharapkan, tetapi proses pelaksanaannya dapat memberi keasyikan dan kesenangan, baik bagi peserta didik maupun pendidiknya. Bentuk penerapan atau pengemasan konsep-konsep ilmiah pendidikan tidak saja harus tepat dalam mengatasi masalah yang dihadapi praktek pendidikan, tetapi harus pula memberikan kesenangan, kegembiraan, dan kenikmatan dalam menggunakannya. Pengembangan seni pendidikan akan efektif apabila melalui pelatihan-pelatihan yang intensif. Sehubungan dengan hal ini, Jerome S. Bruner dalam The Relevance of education mengemukakan tiga alasan mengapa hal itu dapat terjadi. Pertama, karena teori pendidikannya salah. Kedua, karena tidak sesuai dengan masalah inti dalam praktek pendidikan. Ketiga, karena teori pendidikannya terlalu abstrak sehingga tidak dapat dikelola. Konsep ilmiah pendidikan yang salah dapat terjadi karena disusun melalui kesimpulan terburu-buru yang kurang didukung oleh fakta yang cukup memadai. Bruner menyatakan bahwa ahli psikologi dan pendidik yang merumuskan teori pendidikan tanpa memperhatikan situasi politik, ekonomis, dan sosial yang terjadi dalam proses pendidikan menghasilkan konsep yang tidak bermakna dan tidak ada manfaatnya bagi praktek pendidikan dalam masyarakat dan kelas. Penerapan yang salah dapat juga terjadi bukan karena konsepnya yang salah, namun karena salah memilih konsep yang hendak diterapkan. Dezin serta Pelto dan Pelto mengemukakan adanya tiga macam tingkatan teori dalam ilmu- ilmu sosial. Ketiga tingakatan tersebut adalah : (1) Teori induk (grand theory) (2) Teori tingkat menengah dan formal (middle-range and formal theories), dan (3) Teori-teori substantif (substantive theories).

Was this document helpful?

Rangkuman Pengantar Pendidikan

Course: Bahasa Indonesia (BINDO 001)

325 Documents
Students shared 325 documents in this course
Was this document helpful?
A. Pengertian Aksiologi
Aksiologi merupakan bagian ketiga dari kajian filsafat setelah ontologi dan epistomologi.
Jika dalam kajian entologi mempertanyakan tentang objek apa yang akan ditelaah dan pada
kajian epistomologi berkaitan dengan bagaimana asal, sifat dan jenis pengetahuan, sedangkan
aksiologi merupakan cabang filsafat yang memepertanyakan bagaimana manusia menggunakan
dan memanfaatkan ilmunya.
B. Hubungan antara aksiologi dengan pendidikan
Aksiologi mempelajari mengenai manfaat apa yang diperoleh dari ilmu
pengetahuan,menyelidiki hakikat nilai,serta berisi mengenai etika dan estetika.Penerapan
aksiologi dalam pendidikan misalnya saja adalah dengan adanya mata pelajaran ilmu sosial dan
kewarganegaraan yang mengajarkan bagaimanakah etika atau sikap yang baik itu,selain itu
adalah mata pelajaran kesenian yang mengajarkan mengenai estetika atau keindahan dari sebuah
karya manusia. Dasar Aksiologis Pendidikan adalah Kemanfaatan teori pendidikan tidak hanya
perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-
baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab. Dalam ruang
aksiologi, filsafat pendidikan akan mengulas makna keberadaan pendidikan dalam ruang
kehidupan. Filsafat pendidikan akan mempersoalkan faliditasi urganisasi umum yang
menyatakan bahwa pendidikan adalah sesuatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Nilai
dan implikasi aksiologi di dalam pendidikan ialah pendidikan menguji dan mengintegrasikan
semua nilai tersebut didalam kehidupan manusia dan membinanya didalam kepribadian anak.
Karena untuk mengatakan sesuatu bernilai baik itu bukanlah hal yang mudah apalagi menilai
secara mendalam dalam arti untuk membina kepribadian ideal.
C. Nilai kegunaan teoritis aksiologi ilmu pendidikan
· Kegunaan bagi ilmu dan teknologi
Hasil ilmu pendidikan adalah konsep-konsep ilmiah tentang aspek dan dimensi pendidikan
sebagai salah satu gejala kehidupan manusia. Pemahaman tersebut secara potensial dapat
dipergunakan untuk lebih mengembangkan konsep-konsep ilmiah pendidikan, baik dalam arti
meningkatkan mutu (validitas dan signifikan) konsep-konsep ilmiah pendidikan yang telah ada,
maupun melahirkan atau menciptakan konsep-konseo baru, yang secara langsung dan tidak
langsung bersumber pada konsep-konsep ilmiah pendidikan yang telah ada.
Rowntree dalam Educational technology in curriculum development, antara lain menyatakan
bahwa oleh karena teknologi pendidikan adalah seluas pendidikan itu sendiri, maka teknologi
pendidikan berkenaan dengan desain dan evaluasi kurikulum dan pengalaman-pengalaman
belajar, serta masalah-masalah pelaksanaan dan perbaikannya. Pada dasarnya teknologi
pendidikan adalah suatu pendekatan pemecahan masalah pendidikan secara rasional, suatu cara
berpikir skeptis dan sistematis tentang belajar dan mengajar. Teknologi pendidikan yang
dikembangkan oleh kalangan pendidikan bukan teknologi pendidikan dalam arti piranti keras,
tetapi piranti lunak, yang berhubungan dengan perekayasaan program-program pendidikan atau
program-program belajar mengajar yang dibutuhkan oleh guru dan murid. Sedangkan piranti
kerasnya (misalnya, proyektor film, alat perekaman suara, komputer mikro, dan
sebagainya).dikembangkan di luar pendidikan.
Teknologi pendidikan sebagai program-program pendidikan berisi teknik-teknik kerja
yang sistematis untuk mengelola sekolah dan kelas. Sehubungan dengan hal ini, David Pratt
dalam curriculum design and development, antara lain menyatakan bahwa teknologi pendidikan